REPUBLIKA.CO.ID, Sejak dua tahun lalu, para mualaf Queensland, Australia mendirikan sebuah rumah untuk menaungi para wanita yang melabuhkan hati pada Islam. Sisters' house, demikian tempat pemberdayaan yang dikelola para relawan yang baik hati tersebut.
Rumah para mualaf itu berada di sekitar Brisbane, tepatnya dekat dengan Masjid Kuraby. Disanalah komunitas muslimin terbesar ditemui. Di Brisbane pula muslimin hidup damai dengan masyarakat meski jumlahnya minoritas.
Seorang mualaf, Bayaan Grant mengatakan, dibentuknya Sisters' House bermula ketika dia dan para mualaf lain mengalami kesulitan hidup.
Ketika memilih berislam, banyak tantangan yang dihadapi mereka, seperti kehilangan keluarga dan teman-teman, kesepian dan tak punya tempat tinggal, hingaa kehilangan pekerjaan. Sementara itu, para mualaf juga membutuhkan pendidikan Islam untuk menjaga hidayah yang didapat.
Bersama para Muslim lain, Bayaan pun kemudian membentuk Sisters' House. Salah seorang muslimin yang ikut mengelola, Selma Cook menuturkan, ditengah era informasi yang begitu berlimpah, setiap orang dapat dengan mudah mencari pengetahuan Islam.
Namun, pengetahuan saja tidak cukup menjadikan seseorang sebagai Muslim yang baik. "Seberapa banyak umat Islam yang berhasil mengembangkan komunitas yang dibangun berdasar kesalehan dan kebajikan?" ujarnya.
Jatuh bangun pengelolaan rumah para Mualaf tersebut. Terutama ditahun-tahun awal karena minimnya dana. Hingga kemudian Queensland Charity and Welfare Association (TAQCWA) memberikan bantuan. Organisasi yang menaungu komunitas muslim di Queensland itu pun mengambil alih pengelolaan Sisters' House.
Saat ini para mualaf terutama wanita mendapat "rumah" untuk menemukan pemecahan masalah hidup, bersosialisasi dengan muslimin, serta meningkatkan keimanan mereka dengan mendpata suntikan ilmu agama.
Tak sedikit yang kemudian membawa anak-anak mereka untuk mendapat pelajaran Islam di tengah masyarakat dominan non-Islam. "Saya tidak bisa membayangkan hidup tanpa Sisters' House," ujar Bayaan.