Ahad 01 Sep 2013 20:47 WIB

Harga Kedelai Tak Terjangkau, Perajin Tahu Terpaksa Tiarap

Perajin tahu
Foto: adi wicaksono
Perajin tahu

REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG --  Perajin tahu di Kota Palembang, Sumatera Selatan, akan menghentikan kegiatan produksi karena biaya produksi semakin tinggi akibat melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat akhir-akhir ini.

"Kegiatan produksi beberapa hari ke depan direncanakan akan dihentikan sementara karena harga kedelai sekarang ini melambung hingga Rp9.300 per kilogram atau melampaui batas harga keekonomian untuk usaha maksimal Rp8.750 per kg," kata Merry salah seorang perajin tahu di Jalan Salam kawasan Padang Selasa Bukit Besar Palembang, Minggu.

Dijelaskannya, melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dalam waktu yang cukup lama, mengakibatkan "membengkaknya" biaya produksi karena bahan baku utama kedelai merupakan barang impor.

Harga kacang kedelai yang semula dalam kondisi normal sekitar Rp7.000 per kg, sebulan terakhir mengalami beberapa kali kenaikan sebesar Rp300 hingga Rp1.000 per kg, dan bahkan sekarang istilahnya telah berubah harga karena melampaui batas keekonomian Rp9.000 ke atas per kilogramnya.

Kondisi harga kacang kedelai pada posisi Rp9.000 per kg sudah sangat memberatkan perajin, apalagi melebihi dari harga tersebut bisa membuat kegiatan usaha merugi.

Sekarang ini kegiatan produksi masih bisa berjalan karena sebagian bahan baku merupakan stok lama, namun beberapa hari kedepan stok bahan baku akan habis dan dengan berat hati dihentikan sementara kegiatan produksi jika tidak terjadi penurunan harga kedelai.

"Tidak mungkin bisa menjalankan usaha dengan harga kedelai sekarang ini, jika dipaksakan tidak akan memberikan keuntungan bahkan dapat merugikan karena dengan bahan baku mahal biaya produksi tinggi sementara dalam kondisi ekonomi sulit sekarang ini tidak memungkinkan menaikkan harga," kata Merry pula.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement