REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Iring-iringan kendaraan konsul jendral Turki di Irak dihantam bom pinggir jalan di Irak, Senin. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Turki menyatakan tidak ada korban dalam insiden itu.
Rombongan itu sedang dalam perjalanan menuju Arbil dari Mosul di Irak utara ketika serangan tersebut terjadi.
"Menteri luar negeri telah berbicara dengan konsul jendral yang berada dalam kondisi sehat," kata juru bicara itu. "Kami masih menyelidiki siapa yang melancarkan serangan itu dan apakah konsul jendral menjadi sasarannya."
Hubungan antara Ankara dan pemerintah Baghdad memang tegang dalam beberapa tahun terakhir ini, khususnya karena Turki terus merangkul Kurdi Irak di wilayah utara negara itu untuk cadangan energi mereka. Perbedaan sikap kedua negara menyangkut Suriah juga menambah ketegangan Turki dan Irak.
Baghdad sebelumnya menyatakan memiliki kewenangan untuk mengekspor cadangan minyak terbesar keempat dunia itu, sementara orang Kurdi juga menyatakan berhak melakukannya sesuai dengan konstitusi federal Irak yang dirancang setelah invasi pimpinan AS ke Irak pada 2003.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki dan PM Turki Tayyip Erdogan saling tuduh mengobarkan kekerasan sektarian dan sebelumnya memanggil pulang duta besar masing-masing. Namun, Irak tetap menjadi salah satu mitra dagang terbesar Turki.
Irak dilanda kemelut politik dan kekerasan yang menewaskan ribuan orang sejak pasukan AS menyelesaikan penarikan dari negara itu pada 18 Desember 2011, meninggalkan tanggung jawab keamanan kepada pasukan Irak.
Selain bermasalah dengan Kurdi, pemerintah Irak juga berselisih dengan kelompok Sunni.
Perdana Menteri Irak Nuri al-Maliki (Syiah) sejak Desember 2011 mengupayakan penangkapan Wakil Presiden Tareq al-Hashemi atas tuduhan terorisme dan berusaha memecat Deputi Perdana Menteri Saleh al-Mutlak. Keduanya adalah pemimpin Sunni.