REPUBLIKA.CO.ID, RIO DE JANEIRO -- Pemerintah Brasil mengutuk tindakan Amerika Serikat (AS) yang memata-matai presiden mereka. Brasil bahkan menyebut tindakan menyadap email dan hubungan telepon Presiden Dilma Roussef itu sebagai invasi yang tak dapat diterima.
Sebelumnya, dikutip dari Reuters, Televisi Globo menampilkan program Fantastico yang mengupas dokumen yang diungkap mantan pegawai NSA, Edward Snowden. Dalam acara itu, jurnalis yang mengungkap dokumen milik Snowden, Glenn Greenwald mengungkapkan bahwa program mata-mata NSA menyadap email dan panggilan telepon Roussef.
Ketika itu, tahun 2012 terjadi pembicaraan antara Roussef dengan Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto yang masih berstatus kandidat. Ketika itu Nieto meminta pertimbangan Roussef mengenai calon menteri jika ia terpilih. Pada halaman yang berbeda, dokumen itu menunjukkan pola komunikasi antara Roussef dan penasihat dia.
Tentu saja, laporan ini membuat Pemerintah Brazil meradang. Kementerian Luar Negeri Brasil pun langsung memanggil Duta Besar AS, Thomas Shannon. Pun, Brasil meminta hingga akhir pekan ini untuk memberikan penjelasan tertulis dari upaya spionase berdasarkan dokumen 'buronan' AS, Edward Snowden.
''Saya mengatakan betapa marahnya pemerintah Brasil atas fakta yang terungkap dalam dokumen,'' kata Menteri Luar Negeri Brasil, Luiz Alberto Figueiredo dikutip dari Reuters, Senin (2/9). Ia menambahkan tindakan ini jelas pelanggaran yang tak dapat diterima dan juga menganggu kedaulatan Brasil.
Saat ini, Brasil akan berbicara dengan negara mitra, untuk mengevaluasi bagaimana mereka melindungi dari bahaya spionase. Kemudian perlu dilakukan langkah-langkah bersama menghadapi situasi yang sangat serius ini. Figueiredo menambahkan saat ini perlu ada peraturan internasional yang melarang warga ataupun pemerintah melakukan pelanggaran privasi dan serangan cyber.
Meski begitu Figueiredo menolak secara eksplisit terkait rencana kunjungan Roussef ke Washington Oktober tahun ini. Namun, dalam menanggapi pertanyaan kunjungan itu, ia menyatakan respons Brasil tergantung penjelasan AS.
Surat Kabar Folha de S. Paulo melaporkan Presiden Roussef sedang mempertimbangkan kunjungan kenegaraan ke AS itu. Namun. Kantor Kepresidenan menolak memberi komentar terkait pernyataan salah satu pembantu presiden itu.