Kamis 05 Sep 2013 21:02 WIB

Jam Malam Buat Pasangan Mesir Sulit Menikah

Rep: Nur Aini/ Red: Mansyur Faqih
Pernikahan (Ilustrasi)
Foto: AFP
Pernikahan (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Banyak pasangan Mesir harus membatalkan, menunda, atau mengubah acara pernikahan dan pertunangan mereka karena adanya jam malam yang diberlakukan selama Agustus. Jam malam berlaku setelah politik bergejolak di negara piramida tersebut. 

Eman Fouad (25 tahun) harus membatalkan pernikahannya setelah pasukan keamanan membubarkan demonstrasi pada 14 Agustus lalu. Pada tanggal itu, pernikahannya seharusnya digelar. "Saya tidak mengharapkan tindakan keras terjadi pada hari pernikahan saya," ujar Fouad dikutip Al-Arabiya, Kamis (5/9). 

Fouad mengaku telah mengenakan baju pengantin dan tata rias. Namun, dia diberitahu jam malam diberlakukan yang membatasi orang keluar rumah setelah pukul 19.00 waktu setempat. Khawatir tamu tak bisa menghadiri acaranya, dia membatalkan pernikahan. 

Musim panas pada pertengahan tahun ini menjadi waktu puncak secara tradisional untuk pernikahan di Mesir. Badan Statistik Mesir mencatat ada 933.400 pernikahan pada 2012, naik dibandingkan 898 ribu pernikahan pada 2011. Namun, tindakan keras dari militer negara serta protes warga telah menyeret negara dalam kondisi darurat dan berdampak pada musim pernikahan. 

Di banyak kota Mesir, termasuk Kairo, jam malam mewajibkan orang untuk tetap di rumah pada 19.00-06.00. Padahal, upacara pernikahan biasanya diadakan setelah 20.00 dan sepanjang malam. Lantaran sulit, beberapa pasangan menjadwalkan pesta pernikahannya pada siang hari. 

Eman Yousry (25) mengaku tidak punya pilihan sehingga menggelar pesta pertunangan di rumah pada siang hari. Perencana pernikahan Shereen Mokhtar mengatakan banyak pihak yang menunda atau mengubah pesta pada siang hari. "Tidak semua pasangan menerima untuk melakukan pernikahan mereka pada siang hari," ujar Mokhtar. 

Dia menambahkan, banyak pasangan yang memilih menunda upacara. Namun, ia menyebutada pasangan yang menggelar pernikahan di hotel terkunci sehingga memungkinkan mereka tinggal sampai keesokan harinya. 

Fotografer Aya AMhmoud mengatakan usahanya turun karena situasi politik. "Ada pengantin wanita menangis saat orang tidak bisa datang ke pestanya. Beberapa pengantin berpikir bahwa apa yang terjadi sekarang adalah pertanda buruk," terangnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement