REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) merevisi ke bawah perkiraan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 5,5-5,9 persen, dari perkiraan semula 5,8-6,2 persen. Dari sisi domestik, perlambatan ekonomi tersebut terlihat dari berbagai hasil survei yang dilakukan oleh BI, seperti survei penjualan eceran dan survei keyakinan konsumen yang mengindikasikan bahwa konsumsi rumah tangga cenderung melambat pada Semester II 2013.
Berbagai indikator investasi seperti impor barang modal, penjualan alat-alat berat, dan konsumsi listrik industri manufaktur mengonfirmasi bahwa investasi nonbangunan diprakirakan mengalami kontraksi pada Semester II 2013. Di sisi eksternal, ekspor riil diperkirakan membaik di tengah masih melemahnya harga-harga komoditas ekspor Indonesia.
Ke depan, sejalan dengan prospek ekonomi global yang tidak sekuat prakiraan semula, Bank Indonesia juga merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun 2014 menjadi dalam kisaran 5,8-6,2 persen, dari semula 6,0-6,4 persen. BI juga menilai perlambatan ekonomi dan ketidakpastian keuangan global ke depan masih berlanjut.
Pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 2013 diperkirakan melambat menjadi 3,0 persen, dari semula 3,1 persen akibat melambatnya pertumbuhan negara emerging, terutama Cina dan India. Harga komoditas dunia juga masih menurun, kecuali harga minyak.
Sementara itu, ketidakpastian terkait rencana pengurangan bertahap (tapering) stimulus moneter oleh the Fed dan juga potensi pergeseran arah ekonomi global juga terus dicermati. Pada tahun 2014, Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia mencapai 3,5 persen, lebih rendah daripada proyeksi sebelumnya sebesar 3,7 persen.