REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Praktisi bimbingan konseling, Nurul Fariq, menilai anak-anak yang bermasalah di sekolah tidak selalu akibat kesalahan anak.
"Justru kemungkinan besar disebabkan kurangnya perhatian keluarga, lalu sekolah pun menerima anak-anak bermasalah itu," katanya di Serang, Jumat (13/9).
Meskipun tidak ada angkanya, Nurul menduga anak-anak bermasalah di usia sekolah, baik SMP maupun SMA, selalu meningkat jumlahnya setiap tahunnya.
"Angkanya tidak ada, tapi pengalaman saya selalu meningkat, apalagi bila anak itu kemudian salah dalam memilih teman atau masuk dalam lingkungan yang salah," ujarnya.
Menurut Nurul, keluarga merupakan pembentuk karakter anak sejak kecil sampai usia sekolah, apabila sejak awal dididik dengan baik maka di lingkungan bagaimanapun anak tersebut tidak akan terpengaruh.
"Pengaruh teman juga menjadi pencetus kenakalan remaja, karena pada usia tersebut mereka sedang mencari jatidiri, namun anak tidak bisa disalahkan," katanya.
Kenakalan remaja merupakan tindakan melanggar peraturan atau hukum yang dilakukan oleh anak di bawah usia 18 tahun, mulai dari membolos sekolah, tawuran, mengendarai motor atau mobil dengan sembarangan, dan sebagainya.
"Cara mengatasi kenakalan remaja, terutama jangan dibentak, Karena jika anak dibentak maka mereka tambah melawan dan mereka bisa kabur dari rumah, bisa bolos dari sekolah, dan lain-lain," katanya.
Dari pengalamannya, cara paling efektif justru dengan cara menasehatinya dengan baik, memberi perhatian terhadap anak, serta melakukan pengawasan.
"Perhatian orang tua itu paling penting. Anak akan merasa nyaman jika keluarga dan para guru di sekolah memberi perhatian yang lebih, karena jika anak sudah merasa nyaman, maka kecil kemungkinan anak tidak akan melakukan kenakalan remaja," ungkap Nurul.