REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah daerah (Pemda) DIY berencana mendirikan Akademi Komunitas khusus seni. Perguruan tinggi setara Diploma satu (D1) atau Diploma dua (D2) akan didirikan bersama dengan perguruan tinggi di DIY.
Saat ini, Pemda DIY telah membentuk tim untuk mengkaji pendirian akademi tersebut. Direncanakan akademi baru ini akan beroperasi pada 2014 mendatang.
"Konsentrasi kita adalah bagaimana meningkatkan sumber daya manusia (SDM) khususnya bidang seni dan budaya. Sehingga akademi komunitas ini bukan pada akademiknya tetapi lebih para ketrampilannya. Misalnya tenaga pembatik, maka lulusan SMA bisa masuk D1-D2 diakui profesinya, sehingga upahnya akan naik. Begitu juga profesi tukang gamelan (pengrawit) ijazahnya untuk bukti keahlianya," ujar Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X saat memaparkan gagasannya terkait pendirian akademi komunitas tersebut dihadapan puluhan seniman dan budayawan Yogyakarta di Dinas Kebudayaan setempat, Selasa (17/9).
Diakui dia, selama ini para seniman dan budayawan di Yogyakarta seringkali menerima honor yang sama. Dengan akademi tersebut diharapkan ke epan seniman dan budayawan di Yogyakarta akan memiliki jaminan yang lebih bagus.
Sultan mengaku sudah berbicara tentang rencana itu dengan Rektor Institute Seni Indonesia (ISI). Menurut dia, tenaga pengajar untuk akademi ini akan diambilkan dari para prajtisi seni dan budaya di Yogyakarta secara langsung. Bahkan tempat kuliah dan praktek juga digelar di padepokan-padepokan yang ada di Yogyakarta.
Menurut dia, lulusan SMA atau seniman yang lulus akademi ini akan memperoleh ketrampilan sesuai seni yang digeluti dan sertifikat keahlian. Sertifikat inilah yang akan dijadikan bahan acuan dalam kenaikan upah para seniman di Yogyakarta.
Pendirian akademi ini menurut Sultan akan menggunakan dana keistimewaan. Selain itu dana keistimewaan juga akan digulirkan untuk bagaimana membayar para lulusan SMKI Yogyakarta sebagai tenaga honorer guru tari di setiap desa di DIY.
Dana tersebut juga akan digunakan untuk membayar lulusan ISI Yogyakarta untuk menjadi pengawas budaya di DIY "Mereka digaji dari dana keistimewaan tetapi jangan minta jadi pegawai negeri sipil," tutur dia.
Selain itu dana keistimewaan juga akan digunakan untuk menghidupkan gamelan di setiap desa di DIY. Sehingga setiap desa dan sekolah diwajibkan memiliki satu set gamelan.
Melalui pendirian akademi ini kebutuhan gamelan akan cepat tercukupi karena pengrajin gamelan hanya mampu memproduksi tujuh set gamelan setiap tahunnya.