Selasa 24 Sep 2013 20:16 WIB

Gita Akui Harga Daging Masih Mahal

Rep: Satya Festiani/ Red: Yudha Manggala P Putra
Gita Wirjawan
Foto: Antara/Fanny Octavianus
Gita Wirjawan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan, mengakui harga daging sapi masih belum turun. Oleh karena itu, sejumlah menteri ekonomi mengadakan rapat koordinasi dengan Bank Indonesia (BI) pada Selasa (24/9) pagi.

"Kita update saja mengenai pergerakan harga khususnya daging sapi yang masih belum turun, bahwa sampai sekarang kami masih menunggu rekomendasi teknis dari Kementan (Kementerian Pertanian)," ujar Gita Wirjawan, Selasa (24/9). Kemendag berharap Kementan dapat mengeluarkan rekomendasi teknis terkait impor daging.

Rekomendasi teknis tersebut diperlukan sebagai antisipasi menjelang Idul Adha agar harga daging tidak kembali melonjak.

Berdasarkan pantauan Kemendag, harga daging sapi berada di angka Rp 80 ribu - Rp 85 ribu per kilogram (kg) untuk wilayah Bandung dan Rp 85 ribu per kg untuk wilayah Jabodetabek.

Bahkan di beberapa wilayah, harga terpantau di angka Rp 90 ribu per kg. Ia menargetkan pada Oktober 2013 nanti harga sapi bisa ditekan hingga level Rp 75.000-Rp 80.000 per kg.  "Kalau tidak bisa tingkatkan pasok lewat impor, karena pasok lokalnya kurang," ujar dia.

Wakil Menteri Pertanian, Rusman Heriawan, mengatakan Kementan masih mengecek rekomendasi tersebut.

"Ini yang sedang kita cek apa rekomendasi tersebut masih diperlukan untuk sesuatu yang sudah disepakati sebelumnya," ujar Rusman. Setelah proses pengecekan selesai, menurutnya, rekomendasi dapat keluar dalam satu hari.

Rusman menjelaskan yang dimaksud dengan rekomendasi teknis adalah keamanan pangannya. "Apakah daging tersebut dapat diimpor atau tidak karena terkait dengan unit di pelabuhan dan karantina. Yang dimaksud rekomendasi itu bukan rekomendasi siapa yang boleh impor dan berapa jumlahnya," jelas dia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement