REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afkham mengatakan tidak akan ada pertemuan langsung antara pejabat Iran dan AS di Sidang Majelis Umum PBB.
Pernyataan yang dilontarkannya Selasa (24/9) itu membantah laporan media soal diadakannya pertemuan antara Presiden Iran Hassan Rouhani dan timpalannya dari AS Barack Obama di sisi Sidang Majelis Umum PBB.
Rouhani, yang meninggalkan Teheran pada Senin (23/9) menuju New York, dijadwalkan berpidato dalam pertemuan Sidang Majelis Umum pada Selasa waktu New York.
Marzieh Afkham berkeras perjalanan Rouhani ke New York untuk ikut dalam Sidang Majelis Umum PBB penting sebab "ia akan menyampaikan pesan Iran mengenai perdamaian dan interaksi konstruktif dengan dunia".
Presiden Iran itu direncanakan menyampaikan pidato penting mengenai bermacam topik dalam berbagai pertemuan dan mengadakan pertemuan penting dengan pemimpin negara, pemimpin agama dan lingkaran media, kata Marzieh Afkham, sebagaimana dilaporkan Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Selasa (24/9) malam.
Wanita juru bicara tersebut juga mendesak negara besar dunia agar "bersungguh-sungguh" dalam pembicaraan nuklir antara Iran dan P5+1, yang dijadwalkan diselenggarakan di New York pekan ini.
"Kami harap akan melihat kesungguhan P5+1 --AS, Inggris, Prancis, Rusia, China ditambah Jerman-- dalam pembicaraan untuk mengembangkan jadwal waktu bagi suatu penyelesaian" bagi masalah nuklir Iran, katanya.
Pada Senin, Catherine Ashton, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, mengatakan Iran dan P5+1 akan menyelenggarakan pertemuan di sisi Sidang Majelis Umum PBB pekan ini guna membahas masalah nuklir Iran.
Pengumuman itu dikeluarkan setelah pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif di Markas PBB di New York pada Senin. Ia menyebut pertemuannya dengan Zarif sebagai "baik dan konstruktif".