Selasa 01 Oct 2013 09:34 WIB

Berakhir, Penyelidikan Awal Senjata Kimia di Suriah

Seorang kru senjata kimia AS memeriksa sampel dari roket M55
Foto: U.S ARMY
Seorang kru senjata kimia AS memeriksa sampel dari roket M55

REPUBLIKA.CO.ID,KALARTA--Peristiwa di Suriah memasuki perubahan pada Senin (30/9), saat tim awal pemeriksa senjata kimia meninggalkan Damaskus sementara Organisasi bagi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) memulai tugasnya pada Selasa untuk memusnahkan senjata itu.

"Tim penyelidik senjata kimia yang dipimpin oleh Profesir Ake Sellstrom, yang sebelumnya berada di Suriah untuk menyelidiki dugaan penggunaan senjata kimia di sana baru saja meninggalkan negeri tersebut, setelah menyelesaikan misi enam-harinya," kata Juru Bicara PBB Marin Nesirky dalam taklimat harian di Markas PBB.

Ia menambahkan tim itu sekarang bekerja untuk menyelesaikan laporannya --yang diharapkan tuntas pada akhir Oktober. Sellstrom adalah ilmuwa Swedia, ahli senjata kimia.

Tim tersebut terpisah dari operasi OPCW yang pada Jumat malam (27/9) mendapat mandat dari Dewan Keamanan PBB dalam Resolusi 2118 untuk membebaskan Suriah dari senjata kimia paling lambat pada pertengahan tahun depan. Tim Sellstrom dibentuk sebagai tanggapan atas dugaan senjata kimia digunakan di Suriah oleh oposisi dan pasukan pemerintah.

Tim itu hanya memastikan penggunaan senjata kimia, bukan siapa yang menggunakannya.

Penugasan awalnya ialah memastikan apakah senjata kimia digunakan pada 19 Maret di Khan Al-Asal dan dua tempat lain yang lokasinya tidak diungkapkan. Ada saran agar beberapa tempat lain tidak disebutkan karena alasan keamanan.

Namun, saat tim Sellstrom berada di Ibu Kota Suriah, Damaskus, pada 21 Agustus, satu serangan yang diduga melibatkan senjata kimia di Ghouta, dekat Damaskus, menewaskan ratusan orang --mungkin sampai 1.400 orang termasuk perempuan dan anak-anak. Gambar televisi mengenai mayat membuat terkejut dunia.

Tim Sellstrom diperintahkan untuk "memprioritaskan" lokasi itu dan pergi ke Ghouta dalam beberapa hari, meskipun ada serangan penembak gelap selama upaya pertama untuk sampai ke tempat tersebut.

Setelah Ghouta, tim itu kembali ke Markas OPCW di Den Haag, Belanda. Sampel dikirim ke empat laboratorium di Eropa, hasil wawancara dan bukti lain dikumpulkan, dikategorikan dan dianalisis di Den Haag.

Tim tersebut kemudian melapor kembali ke Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, yang membentuk kelompok pencari fakta PBB pada Maret atas permintaan Pemerintah Suriah, bahwa senjata kimi telah digunakan di Ghouta. Ia menyiarkan kembali informasi itu ke Dewan Keamanan. Tim tersebut kemudian kembali ke Suriah untuk menuntaskan tugasnya, tapi Nesirky pada Senin mengatakan tim itu gagal mencapai Khan Al-Asal.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement