Rabu 09 Oct 2013 18:15 WIB

'Jangan Sampai Ada Setetes Darah Pun Tumpah di Banten'

Rep: Mas Alamil Huda/ Red: Karta Raharja Ucu
Ratu Atut Chosiyah
Foto: Antara
Ratu Atut Chosiyah

REPUBLIKA.CO.ID, SERANG -- Salah satu tokoh pendiri Banten, R Ampi Nurkamal Tanudjiwa, mengaku merasa prihatin dengan perkembangan yang terjadi di Bumi Para Jawara tersebut.

Tanudjiwa mengaku punya firasat, keadaan yang terjadi di Banten sekarang bisa membahayakan masyarakat Banten. Tanda bahaya itu menyusul ziarah yang dilakukan ratusan pendekar Banten, Selasa (8/10), yang dilaksanakan di waktu yang tidak biasa.

Dijelaskannya, ziarah kepada para leluhur itu biasanya dilakukan ketika bulan Maulid, bukan bulan Dzulhijjah seperti sekarang. “Ini aneh (ziarah), saya menginginkan suasana tetap kondusif,” katanya kepada wartawan di Hotel Mahadria Jalan Ki Mas Jong Nomor 12, Serang, Banten, Rabu (9/10).

Purnawiran TNI itu berharap tidak terjadi konflik horizontal di Banten. Sebab, konflik horizontal akan merugikan masyarakat Banten sendiri. Karenanya, ia mengaku telah menemui pendekar dan jawara seluruh Banten untuk selalu menjaga kondusifitas agar tidak terjadi 'chaos'.

“Saya kemaren, Selasa (8/10) mulai jam setengah 16.30 WIB sampai jam dua malam menemui mereka. Pendekar sudah tidak bergerak. Jangan terpengaruh isu-isu yang sedang berkembang,” katanya.

Mantan Komandan Korem064/Maulana Yusuf ini juga meminta kepada para ulama mendokan agar Banten tetap kondusif dan masyarakat tidak menjadi korban. Jangan sampai ada setetes darahpun yang tumpah di Banten.

“Para loyalis, khususnya pendekar Banten jangan terpancing emosinya terhadap aksi unjuk rasa para mahasiswa dan aktivis LSM/ormas, sebab aksi unjuk rasa adalah hak demokrasi yang dilindungi undang-undang,” ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement