Kamis 17 Oct 2013 10:34 WIB

Suyono Jadi Penyadap Karet Demi Biaya Kuliah Istri

Red: Hazliansyah
Penyadap karet
Penyadap karet

REPUBLIKA.CO.ID, WAYKANAN, LAMPUNG -- Begitu banyak kisah-kisah inspiratif yang dapat kita jadikan contoh dalam menjalani dan memaknai hidup yang cuma satu kali. Salah satunya adalah yang dilakukan pasangan suami-istri, Suyono (37) dan Amnah (32).

Suyono yang sehari-harinya kerja sebagai buruh sadap getah karet di Kabupaten Waykanan, Provinsi Lampung, ini banting tulang untuk membiayai sang istri kuliah di salah satu perguruan tinggi.

"Saya ingin ilmu istri nantinya bermanfaat bagi sesama termasuk untuk perbaikan pendidikan anak-anak kami agar tidak seperti ayahnya yang hanya lulus SD," kata warga Kampung Umpubhakti, Kecamatan Blambanganumpu di Waykanan ini.

Dengan hasil menyadap getah karet milik tetangganya, pria kelahiran Bandarjaya, Lampung Tengah 1976 itu mendapatkan bagian 30 persen, dan sisanya, yakni 70 persen untuk pemilik kebun.

Untuk menambah penghasilan, Suyono kemudian memilih menjual tahu sumedang.

 

"Saya mulai berjualan tahu sumedang enam bulan ini, ambil barangnya dari Baradatu. Setiap harinya saya mengambil sekitar 750 tahu dan rata-rata habis terjual. Hasilnya lumayan," kata dia lagi.

Pada hari-hari pasaran, demikian suami Amnah (32), pengajar madrasah setempat yang mengambil Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung itu menambahkan, dia harus mengambil tahu sumedang ke Baradatu mulai pukul 03.00 WIB. Ia terpaksa meninggalkan rumah saat hari masih gelap karena jarak yang cukup jauh.

Perjalananya itu memakan waktu sekitar 1 jam 30 menit pulang-pergi dari rumahnya.

"Istri mendukung langkah saya. Hanya saja pada awalnya mempertanyakan saya malu tidak berdagang tahu. Tapi saya jawab tidak," ujar ayah Rima Latifah (11), serta kembar Abid Arasyiq dan Abud Asshofi (3) itu pula.

Setiap hari, Suyono memasarkan dagangannya di sejumlah tempat, seperti Pasar Pemda Waykanan, RSUD ZA Pagar Alam, puskesmas, stasiun kereta api atau seputaran Kecamatan Blambanganumpu selama kurang lebih lima jam.

"Harga ambil tetap Rp 300 untuk satu tahu, dan saya jual Rp 500. Saat harga getah karet sedang jatuh, usaha tambahan ini cukup menambah pendapatan. Hanya saja, sekarang saya tidak bisa memberi bonus pembeli tahu seperti sebelum harga bensin naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 5.500 per liter," kata dia yang mengaku biasa menyadap getah karet mulai pukul 05.30--08.00 WIB sebelum berjualan tahu sumedang itu.

Insya Allah, kata Suyono, istrinya akan diwisuda akhir bulan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement