REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Praktik komersialisasi pelayanan kesehatan terjadi di Rumah Sakit Dharmais. Kali ini Direktur Investigasi dan Advokasi Forum Indonesia Transparansi Anggaran (FITRA), Uchok Sky Khadafi mengaku menjadi korbannya.
"Ada diskriminasi antara pasien yang punya duit dengan yang menggunakan asuransi," kata Uchok kepada wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Kamis (23/10).
Uchok menceritakan saat ini istrinya tengah mengalami sakit kanker payudara stadium empat. Kanker itu mesti segera diobati karena mulai menjalar ke bagian paru-paru dan payudara bagian sebelah.
"Istri saya terkena kanker payudara. Sudah menular ke paru-paru. Sudah stadium empat," ujarnya.
Upaya pengobatan dilakukan Uchok pada 17 Oktober di Rumah Sakit Dharmais. Saat itu pihak rumah sakit menjanjikan akan memberi pelayanan kemoterapi kepada istrinya pada 21 Oktober.
Namun ketika tanggal waktu yang ditentukan tiba, pihak rumah sakit ingkar memberi pengobatan. "Mereka beralasan masih menunggu antrean karena tidak ada ruangan," katanya.
Kegelisahan Uchok akan sakit istrinya berubah menjadi gundah ketika dia mengetahui ada pasien kanker yang mendaftar pada 22 dan langsung mendapat pelayanan pada 23 Oktober.
Alasannya kata Uchok, sang pasien berasal dari keluarga berada dan bersedia melakukan uang pembayaran ke pihak pelayanan pendaftaran. "Pelayanan rumah sakit di Dharmais benar-benar dikomersialisasikan dan dibisniskan," ujarnya.
Menurut Uchok pihak rumah sakit semestinya tidak perlu membedakan pelayanan antara pasien kaya dengan kurang mampu yang menggunakan asuransi sebagai alat pembayaran.
Sebab penggunaan asuransi juga dijamin pemerintah. "Kemoterapi biayanya Rp 30 juta saya pakai asuransi Jamkesmas yang dibayar pemerintah," katanya.
Uchok mendesak Direktur Utama Dharmais dicopot. Hal ini karena dia tidak mampu menangani manajemen rumah sakit secara benar. "Copot pihat direktur Dharmais," ujarnya.
Anggota Komisi IX DPR, Rieke Diah Pitaloka mengatakan pihak Dharmais harus segera mencari solusi atas permasalahan yang dialami pasien seperti Uchok. "Apapun alasannya harus dicari solusi cepat," katanya.
Rieke menyayangkan pihak Rumah Sakit Dharmais yang terkesan tidak peduli dengan pasien kecil. Dari pengalamannya, Rieke mengaku pernah menemui pasien penyakit kanker mata yang ditelantarkan pihak Rumah Sakit Dharmais. Saat itu pihak rumah sakit beralasan tidak ruangan.
"Tapi begitu saya datang membantu ruangan kemoterapi langsung tersedia. Ini bukti diskriminasi pelayanan rumah sakit yang bisa menimpa siapa saja," katanya.