REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) masih menyelidiki kasus dugaan suap oleh anak usaha produsen anjungan tunai mandiri asal Amerika Serikat Diebold Inc kepada pejabat tiga bank milik pemerintah di Tanah Air. "Kami masih menyelidiki seberapa luas, benar atau tidak kami belum tahu. Ini karena laporan datang dari Amerika, tapi kami sangat serius menindaklanjuti jika memang betul itu ada dan bentuknya seperti apa, itu ingin tahu," kata Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah saat ditemui di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (25/10).
Halim menuturkan, perlu pengecekan ke bank-bank yang pejabatnya diduga menerima suap tersebut melalui internal auditnya masing-masing apakah bentuk pemberian perjalanan gratis oleh calon vendor atau supplier diperbolehkan atau justru melanggar integritas pejabat bersangkutan. "Itu tergantung banknya masing-masing. Kalau soal pengadaan. tidak dalam wilayah BI untuk mengatakan you menangani ini, you menangani ini. Itu tidak bisa dong tapi prosedurnya kalau memenuhi GCG (Good Corporate Governance) ya kami akan cek. Nah itu yang sedang kami lakukan," papar Halim.
Menurut Halim, pihaknya sudah meminta pihak internal audit bank masing-masing untuk melakukan pendalaman terkait dugaan suap tersebut dan BI akan menindak dan memberikan sanksi jika memang terjadi pelanggaran terkait GCG. "GCG itu banyak sanksinya, dari mulai yang ringan sampai kena fit and proper. Yang ringan berupa teguran. Kami belum tahu, apakah ini masuk ke wilayah administrasi kah, masuk wilayah gratifikasi kah, atau masuk wilayah penyuapan, kami belum tahu," kata Halim.
Sebelumnya, dalam keterangan resmi Departemen Kehakiman AS, Rabu (23/10) , Lembaga anti-korupsi dan monopoli AS Securities and Exchange Commission (SEC) menyatakan anak usaha Diebold di Cina dan Indonesia menghabiskan sekitar 1,8 juta dolar AS untuk perjalanan, hiburan, dan hadiah lainnya yang tidak pantas untuk pejabat senior dari bank, sehingga ditengarai dapat mempengaruhi keputusan pembelian.
Untuk melancarkan proyek di Cina dana yang dihabiskan untuk menyuap pejabat bank milik pemerintah di sana sekitar 1,6 juta dolar AS. Sedangkan untuk menyuap pejabat bank pelat merah di Indonesia dana yang dikeluarkan sebesar 147 ribu dolar AS.
Pejabat bank milik pemerintah di Cina dan Indonesia diberikan perjalanan gratis ke tujuan wisata populer di AS dan Eropa, dan pengeluaran Diebold itu dicatat dalam pembukuan dan catatan perusahaan sebagai biaya pelatihan yang sah. SEC juga menyatakan usaha Diebold di Cina juga meyediakan hadiah bagi puluhan pejabat bank dengan uang tunai senilai kurang dari 100 dolar AS sampai lebih dari 600 dolar AS.