REPUBLIKA.CO.ID, Pada era 70-an, gerakan dakwah Islam di kampus-kampus sangat sulit dilakukan. Di era itu, sangat sulit untuk menemukan masjid di dalam kampus. Jangankan masjid, mencari tempat untuk menunaikan shalat lima waktu pun susahnya bukan main.
Kekangan itu tak lantas membuat semangat dakwah Islam para aktivis mahasiswa menjadi padam. Semangat dakwah Islam di kampus-kampus mulai berkobar setelah seorang aktivis Islam bernama Dr Imaddudin Abdurahim atau biasa disapa Bang Imad menggelar Latihan Mujahid Dakwah (LMD).
LMD adalah pelatihan kader dakwah yang gencar dilakukan pertengahan tahun 70-an di Masjid Salman ITB. Para kader dakwah yang berasal dari berbagai kampus digembleng selama tiga hingga lima hari dalam program LMD.
LMD pun menjadi kawah candradimuka bagi lahirnya kader-kader dakwah Islam yang mengusung konsep dasar Tauhid. Pelatihan kader dakwah itu telah mampu menghasilkan manusia-manusia 'merdeka' yang hanya tunduk kepada kuasa Allah SWT.
Di akhir pelatihan, seluruh peserta dibaiat untuk taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Bagi yang tidak bersedia dibaiat dipersilakan mengundurkan diri. Militansi kader-kader peserta LMD ini yang kemudian membarakan api perjuangan dakwah di kampus-kampus lain di Indonesia.
LMD telah menghasilkan begitu banyak kader dakwah Islam yang berhasil menyalakan obor dakwah pada kampus-kampus di Tanah Air. Sabtu (26/10) malam lalu, para alumnus pelatihan kader dakwah itu menggelar reuni di Museum Nasional, Jakarta.
Reuni alumni LMD itu digelar Keluarga Alumni Masjid Salman Institut Teknologi Bandung (Kalam Salman ITB) dengan mengusung tema "Refleksi Gerakan Tauhid Menghadapi Era Global".
Acara yang dihelat bersamaan dengan peringatan 50 tahun berdirinya Masjid Salman ITB itu dihadiri ratusan peserta lintas. Yang hadir mulai dari alumni tahun 70-an sampai angkatan tahun 2013.
"Islam itu agama tindakan, tauhid jadi bermakna kalau diwujudkan dalam tindakan," ungkap aktivis Islam senior Adi Sasono dalam testimoninya.
Menurutnya, tantangan saat ini adalah cengkraman asing yang begitu kuat, sedangkan para insinyur kebanyakan justru menjadi kacung kapitalis asing.
Sedangkan Busyro Muqoddas, alumnus LMD tahun 1979 menyampaikan pentingnya implementasi tauhid dalam kebijakan publik.
Sejumlah tokoh alumni LMD juga turut menyampaikan testimoni. Para tokoh itu antara lain, Tiena Gustina Anwar, Tato Miraza, Faisal Motik, Fadhlan dan Ichwan Ishak.
Kesamaan pandang yang muncul bahwa ke depan sangat diperlukan implementasi tauhid yang lebih kuat untuk membawa Indonesia lebih maju.
Di tengah persaingan yang semakin keras, hanya manusia-manusia 'merdeka' yang berani berjuang sajalah yang mampu memenangkan persaingan.
Dialog Tokoh
Di lokasi yang sama, pada siang harinya digelar dialog tokoh yang menampilkan mantan aktivis masjid kampus antara lain Ismail Yusanto, Muh Furqan Alfaruqiy, Hakam Naja, Syahganda Nainggolan, Ledia Hanifa, dan Arwani Thomafi.
Acara dialog tokoh itu dibuka Prof Hermawan K Dipoyono sebagai sebagai ketua umum Asosiasi Masjid Kampus Indonesia. (AMKI). Acara ini dihadiri lebih sekitar 200 orang perwakilan dari 40 masjid kampus di berbagai daerah, termasuk dari Papua, Ambon, Manado dan Kupang.
"Musuh Kita Sekarang adalah Kapitalisme," ujar pendiri sabang Merauke Center Syahganda Nainggolan dalam acara itu. Menurut dia, gerakan kapitalisme yang masif telah menjadikan umat Islam menjadi nomor dua di Indonesia.
Sementara itu, Arwani Thomafi, anggota DPR Fraksi PPP mengajak umat Islam memperjuangkan agenda perubahannya dengan memperkuat partai-partai Islam.
Sedangkan, politikus PAN Hakam mengajak aktivis masjid kampus melihat perkembangan politik di Turki. Menurut dia, ketika partai Islam berkuasa maka Turki berubah menjadi negara maju dan rakyat kian sejahtera.
Seorang alumnus LMD tahun 1976, Khamsani Chaniago dari Universitas Negeri. Jakarta mengungkapkan betapa sulitnya dakwah Islam di kampus pada saat itu.
"Jangankan ada masjid, mencari tempat shalat saja sulitnya minta ampun," ucapnya. Sepulang dari mengikuti LMD inilah semangatnya berkobar untuk membangun masjid kampus di UNJ (dahulu IKIP Jakarta). Bahkan nyawapun menjadi taruhannya.
Mengingat pentingnya pembangunan karakter bangsa, Muh Furqan Alfaruqiy yang dahulu penghuni asrama Mahasiswa Salman ITB dalam paparannya mengajak pentingnya berdakwah setelah lulus dari kuliah. Dakwah ini harus bergandengan dengan semua lini baik politisi, pengusaha, dosen, aktivis dan profesi lainnya.
"Kuncinya adalah kembali kepada Alquran, karena Alquranlah yang mengintegrasikan semua ilmu dan pengetahuan," ujar Furqan, Sebagai langkah konkret, Furqan melalui Kalam Salman mengembangkan program Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Muda yang saat ini sudah berjalan enam angkatan.
Ke depan, diklat ini akan dikembangkan ke beberapa masjid kampus di daerah.mKetua Umum Asosiasi Masjid Kampus Indonesia. (AMKI). Acara ini dihadiri lebih sekitar 200 orang perwakilan dari 40 masjid kampus di berbagai daerah, termasuk dari Papua, Ambon, Manado dan Kupang.