REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama memiliki modal "geo leadership", kata Tenaga Profesional Bidang Ketahanan Nasional dari Lembaga Ketahanan Nasional Mayjen TNI (Purn) Lumban Sianipar.
"Hal ini dibuktikan dengan terpilihnya Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Padahal, keduanya sama sekali bukan orang asli Jakarta," kata Lumban dalam diskusi "Pemilu dalam Perspektif Wawasan Kebangsaan" di Kantor Lemhannas Jakarta, Senin.
Jokowi, sapaan Joko Widodo, sebelumnya adalah Wali Kota Surakarta, sementara Basuki adalah Bupati Belitung Timur. Meski begitu, Jokowi dan Basuki menguasai geografis Jakarta. Mereka juga menguasai masalah dan keinginan masyarakat. Ditambah keduanya tidak membeda-bedakan kelompok masyarakat.
"Alhasil, masyarakat Jakarta yang kuat premordialnya luluh, itu karena mereka kuasai "geo leadership'," ujarnya.
Menurut dia, geo leadership adalah kemampuan pemimpin untuk mengetahui dinamika lokasi yang akan dipimpin. Geo leadership berguna untuk memimpin Indonesia yang punya dua faktor penting, yakni pluralisme dan sumber daya alam melimpah.
"Geo leadership juga kemampuan pemimpin untuk mengetahui karakter dan aspirasi masyarakat yang akan dipimpin," katanya.
Jika seorang pemimpin punya kemampuan geo leadership, masyarakat tidak akan lagi mementingkan premordial. Masyarakat tidak akan lagi mementingkan asal-muasal pemimpin mereka lantaran selama ini memang premordial jadi karakter buruk bangsa Indonesia dalam menentukan pemimpinnya.
"Itu lah yang dibuktikan Jokowi dan Ahok, sehingga terpilih menjadi Gubernur DKI Jakarta dan Wagub DKI Jakarta," kata Lumban.
Ia menambahkan, strategi Jokowi dan Ahok sudah ditiru orang lain, namun belum ada yang sukses menirunya. "Banyak yang hanya tiru baju kotak-kotaknya saja, namun hatinya tidak," tuturnya.