REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat ini, banyak suara yang mengangkat Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) untuk maju sebagai calon presiden (capres). Menurut pengamat politik dari Universitas Indonesia, Iberamsjah, jika Jokowi tetap mencapreskan diri, kondisinya akan sama seperti mobil Esemka.
“Jokowi akan sama seperti mobil Esemka yang terbukti gagal menjadikannya sebagai mobil nasional. Hal yang sama akan terjadi pada dirinya jika memaksakan diri untuk menjadi pemimpin nasional jika di Jakarta tidak penah teruji dan bisa mencatatkan prestasi,” ujar Iberamsjah dalam pernyataannya, Selasa (5/11).
Langkah serupa Jokowi juga dijalankan oleh Dahlan Iskan melalui mobil buatan anak negeri lainnya. Namun, Dahlan mengalami kecelakaan.
Dikatakannya, untuk menjadikan mobil Esemka sebagai kendaraan layak pakai, harus melalui serangkaian tes. Membangun mobil seperti halnya membangun kepemimpinan perlu proses panjang dan diuji ratusan kali, kemudian setelah melalui proses itu, membangunnya pun harus disusun satu bagian dengan bagian lainnya, bukan hanya dengan modal popularitas saja.
Begitu juga untuk menjadi presiden, Jokowi masih butuh proses yang panjang. Dia minimal harus memenuhi syarat formal dan syarat informal. "Sama seperti mobil Esemka, tidak bisa dia tiba-tiba dipasarkan padahal belum lolos uji,” paparnya lagi.
Untuk menjadi pemimpin nasional syarat informalnya, jelas Iberamsjah, Jokowi memang hanya harus mendapatkan restu dari Megawati sebagai ketua umum PDIP. Selain itu, Jokowi harus lulus ujian sebagai Gubernur DKI Jakarta dalam hal mengatasi banjir, kemacetan, sampah, dan lain-lain.
“Kita membutuhkan mobil reli yang juara untuk menghadapi kondisi Indonesia yang berat saat ini. Kita membutuhkan pemimpin yang benar-benar punya kemampuan melawan rintangan dan kuat menghadapinya,” paparnya.