REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tokoh masyarakat, rohaniawan, akademisi, tokoh perempuan dan budayawan menggelar Konvensi Rakyat calon presiden 2014. Konvensi Rakyat digagas sebagai bentuk kontribusi dalam memilih pemimpin yang berasal dari dan diinginkan rakyat.
"Konvensi penting karena politik terlalu penting untuk hanya diserahkan kepada politisi. Rakyat juga harus ikut memberikan kontribusi dan andil dalam memilih pemimpin," kata Ketua Konvensi Rakyat, Salahuddin Wahid, saat deklarasi konvensi, di Gedung Joang, Jakarta, Ahad (10/11).
Salahuddin mengatakan, seleksi calon presiden melalui sistem konvensi merupakan upaya untuk mencari tokoh-tokoh terbaik. Meski konvensi telah dilaksanakan partai politik lain, hingga forum rektor, dia menilai masih diperlukan konvensi untuk mencari pemikiran terbaik. Pemikiran bernas yang berasal dari tokoh-tokoh yang mungkin saat ini masih belum diketahui publik secara umum.
Konvensi Rakyat, lanjut pria yang akrab disapa Gus Solah itu, juga diharapkan bisa menjadi pendidikan politik bagi rakyat Indonesia. "Kami berharap orang-orang yang tadinya tidak punya keinginan memilih, jadi mau memilih. Supaya memilih pemimpin yang baik itu juga menjadi kesadaran rakyat," ujarnya.
Keterlibatan rakyat sangat penting, kata Salahuddin, lantaran pemilu 2014 akan menjadi momentum untuk menentukan perjalanan Indonesia selanjutnya. Meski telah merdeka hingga 68 tahun, menurutnya Indonesia belum sepenuhnya mandiri. Catatan dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, hingga Oktober 2013 utang pemerintah Indonesia mencapai Rp 2.273,76 triliun. Padahal APBN 2013 mencapai Rp 1.726,2 triliun.
Selain masih tergantung pada utang luar negeri, Indonesia juga disebut Salahuddin masih belum lepas dari praktik korupsi, kolusi , dan nepotisme. Tindakan pelanggaran hukum itu, sayangnya justru dilakukan oleh pejabat eksekutif, dan legislatif yang terpilih lewat pemilu. "Masyarakat nyaris kehilangan kepercayaan kepada parpol, dan cenderung apatis. Dengan konvensi ini, kami mengharapkan tumbuh lagi harapan dan kesadaran dari masyarakat untuk memilih," ungkap adik kandung mantan Presiden Abdurrahman Wahid itu.
Salahuddin menjelaskan, Konvensi Rakyat terbuka bagi seluruh Warga Negara Indonesia, dan akan menghimpun capres yang berusia minimal 40 tahun. Capres Konvensi Rakyat menurutnya tidak pernah terlibat kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia. Tidak pernah terlibat kasus korupsi, penyeleundupan minyak, kayu, perdagangan manusia, obat, narkoba, senjata, dan kejahatan lain yang merugikan negara. "Pastinya memiliki keberpihakan kepada rakyat dan memiliki kemampuan manajerial dan memimpin yang baik," kata dia.
Peserta konvensi bisa mengajukan dirinya sendiri atau diajukan oleh partai politik, komunitas, dan organisasi kemasyarakatan. Peserta akan menjalani tahapan seleksi administrasi mulai 10 November hingga 10 Desember 2013.
Komite Konvensi yang terdiri dari 12 tokoh masyarakat, akan memilih enam calon Konvensi Rakyat untuk mengikuti tahapan debat publik. Debat akan dilangsungkan enam kali di enam kota besar di Indonesia. Yakni Medan (15 Desember 2013), Balik Papan (21 Desember 2013), Surabaya (5 Januari 2014), Makassar (12 Januari 2014), Bandung (19 Januari 2014), dan Jakarta (26 Januari 2014).
Keenam peserta konvensi akan diberikan penilaian melalui jajak pendapat yang akan dilakukan Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Jajak pendapat direncanakan dilakukan awal Februari 2014. Diharapkan, pertengahan Februari 2014 akan muncul nama pemenang konvensi.