REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Liberalisasi perdagangan dan investasi yang menjadi pilar pertama dalam Kerja sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) dinilai perlu dicermati. Pasalnya, jika Indonesia tidak bersiap, Indonesia akan menjadi pasar besar bagi negara-negara APEC alih-alih menjadi basis produksi.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, mengatakan APEC sangat penting, tetapi Indonesia harus mewaspadai liberalisasi perdagangan. "Kepentingan nasional harus kita jaga," ujar Hatta dalam Diskusi Penguatan Pembangunan Nasional Guna Implementasi Kesepakatan Para Pemimpin APEC 2013 di Bali dalam Rangka Meningkatkan Daya Saing Bangsa di Lembaga Ketahanan Nasional RI (Lemhanas), Kamis (14/11).
Hatta mengatakan liberalisasi perdagangan harus diikuti oleh capacity building. Jika gagal meningkatkan hal tersebut, Indonesia akan menghadapi ancaman ke depannya. Dengan adanya liberalisasi perdagangan, akan terdapat aliran modal, investasi dan barang yang bebas. Tenaga kerja pun menjadi lebih leluasa bergerak. "Ini akan menentukan Indonesia akan menjadi basis produksi atau jadi pasar besar," ucapnya.
Sementara itu, pilar kedua, yakni fasilitas bisnis, membuat agar liberalisasi perdagangan lebih berkeadilan dan tak menimbulkan dampak defisit antara negara satu dan negara lain. Hatta mengatakan strategi yang dilakukan Indonesia untuk menghadapi liberalisasi perdagangan adalah dengan strategi jangka menengah panjang, yakni Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). "Kuncinya SDM dan teknologi dengan membangun pusat-pusat pertumbuhan dan the center of excellent," ujarnya.
Selain itu, Hatta mengatakan pemerintah membentuk tim komite untuk menghadapi liberalisasi. "Kalau kita gegabah, negara ini jadi market besar yang membuat defisit neraca perdagangan membesar," tambahnya.