REPUBLIKA.CO.ID, TULUNGAGUNG -- Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), KH Said Aqil Siraj menyebut, memperingati Asyura sebagaimana dilakukan kaum Syiah bukanlah kegiatan yang sesat secara ajaran Islam.
Ia justru menyerukan agar peristiwa bersejarah dimana salah satu cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husain yang dibantai dalam sebuah peperangan di Padang Karbala, juga dikenang untuk bahan refleksi bagi seluruh umat Islam di dunia.
"Sebagai ahli sunah, wajib hukumnya memperingati 10 Asyura, 10 Sura (Muharam)," tutur Kiai Said Aqil usai mengisi dakwah keislaman di kantor PCNU Tulungagung, Jawa Timur, Kamis (14/11).
Tokoh kunci ormas Islam terbesar beraliran Sunni di Indonesia ini juga tidak mempersoalkan eksistensi Syiah di tanah air. Ia hanya mengecam sejumlah ajaran Syiah yang dinilai bertentangan dengan nilai-nilai Islam, seperti menyakiti diri-sendiri hingga mengeluarkan darah yang dilakukan warga Syiah dalam memperingati Asyura.
"Cara-cara yang seperti ini yang kita tentang. Kalau soal (keberadaan) Syiah tidak apa-apa," tutur Said Aqil sebelum meninggalkan kantor PCNU Tulungagung.
Sebelumnya, sejumlah kelompok Islam yang mengatasnamakan perwakilan Aliansi Sunnah untuk Kehormatan Keluarga dan Sahabat Nabi, berunjuk rasa mendesak pemerintah mengeluarkan larangan peringatan Asyura oleh kaum Syiah Indonesia di Balai Samudera, Jakarta.
Ribuan jemaat Syiah hadir dari berbagai penjuru Indonesia. Di saat yang sama, gabungan ormas Islam yang kontra terhadapa Syiah melakukan aksi pembubaran. Ratusan orang hadir dan sempat terjadi ketegangan saat massa ingin membubarkan Asyura.
Peringatan Asyura sendiri akhirnya diselesaikan lebih cepat dari jadwal. Acara seharusnya selesai pukul 17.00 WIB namun sudah selesai sekitar pukul 16.00 WIB. Hal ini diambil sebagai langkah pengamanan dari kepolisian.