REPUBLIKA.CO.ID, FAIRFIELD -- Mahasiswa Muslim Fairfield menuntut kampus memberikan lebih banyak ruang dan mempekerjakan seorang ulama. Muslim. Selama ini, mahasiswa Muslim kerap kesulitan menjalankan kepercayaannya.
"Kami butuh ulama dan ruang beribadah guna mendapatkan ide dan energi baru," ungkap Sohail Sumra, mahasiswi junior, kepada the mirror, Jumat (15/11).
Belakangan, populasi mahasiswa Muslim naik. Kebutuhan akan ruang yang layak mendesak untuk dipenuhi. Begitu pula bimbingan ulama yang mau menyediakan waktunya secara penuh guna membimbing para mahasiswa.
"Kami akui, mereka butuh ruang yang lebih besar," kata asisten profesor studi agama, Marti Nguyen.
Dukungan terhadap pengadaan ruangan khusus mahasiswa Muslim juga datang dari kalangan non-Muslim. Mereka menilai kehadiran ruangan itu memperkaya kehidupan beragama di kampus. Tak sedikit pula yang memang penasaran seperti apa cara beribadah Muslim.
"Jujur saya selalu terpesona dengan cara shalat seorang Muslim," kata Amanda Lajoie.
Di kalangan mahasiswa Muslim sendiri, mereka ingin memperdalam pengetahuan tentang Islam. Ini yang sulit terwujud tanpa ruangan itu. "Orang tua seorang Hafidz, tapi saya ingin tahu apa yang dibicarakan," kata Sumara.
Beberapa universitas di AS telah mempekerjakan ulama penuh waktu guna memenuhi kebutuhan spiritual para mahasiswanya. Bard College di New York, merupakan universitas pertama AS yang menunjuk seorang ulama di pertengahan 1990. Menyusul kemudian, Yale, Princeton dan Duke. Yang terbaru, universitas Cornell.