REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Cina akan melonggarkan kebijakan "satu anak" yang kontroversial, lapor media pemerintah, dalam salah satu perubahan kebijakan utama pemerintah yang diumumkan usai beberapa hari para pucuk piminan Partai Komunis
Pasangan suami istri akan diperbolehkan memiliki dua anak jika salah satu orangtuanya adalah anak tunggal, lapor kantor berita pemerintah, Xinhua, mengutip "keputusan penting" yang dibuat para pemimpin dalam pertemuan pekan ini yang dikenal sebagai Sidang ketiga.
Kebijakan itu satu anak ditetapkan pada akhir 1970an, dengan penerapan izin, denda. Pada eberapa kasus bahkan ada pemaksaan sterilisasi termasuk pengguguran kandungan, sehingga menimbulkan reaksi keras, AFP melaporkan,Jumat (16/11).
Para penggritik mengemukakan bahwa kebijakan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan gender di Cina, karena pengguguran kandungan berdasarkan jenis kelamin janin menjadi perbuatan yang lumrah.
Sekitar 118 bayi laki-laki lahir di antara rata-rata 100 bayi perempuan pada 2002, sementara bayi-bayi perempua, menurut banyak laporan, ditelantarkan atau dibunuh.
"Kebijakan kelahiran itu akan disesuaikan dan ditingkatkan setahap demi setahap untuk mencapai 'keseimbangan pembangunan jangka panjang' terhadap kependudukan di Cina," Xinhua melaporkan berdasarkan keputusan Partai Komunis.
Hukum saat ini sangat membatasi pasangan untuk hanya memiliki satu anak, dan hanya ada satu perkecualian untuk mempunyai anak kedua jika kedua orangtuanya adalah anak tunggal. Perkecualian lain diberikan pada orang dari suku-suku kecil dan petani jika anak pertamanya adalah perempuan.
Meskipun disebut memberi kelonggaran dalam kebijakan Keluarga Berencana dan desas-desus mengenai reformasi, petugas Cina masih mendesak bahwa kebijakan itu masih diperlukan dengan mengatakan bahwa ancaman kelebihan penduduk masih terjadi pada pembangunan negara.
Pada waktu bersamaan, petugas sensus penduduk pada awal tahun ini mengingatkan bahwa penduduk usia kerja mulai menurun untuk pertamakalinya dalam dasawarsa ini, yaitu turun 3,45 persen menjadi 937 juta pada 2012.
Penurunan itu menimbulkan kecemasan mengenai bagaimana negara dapat melayani 194 juta warga lansia yang kini menduduki 14,3 persen dari seluruh jumlah penduduk, hampir tiga kali lipat naik sejak 1982.
"Bagi generasi tua, hidup menjadi semakin berat," kata Sun Wenguang, seorang pensiunan akademisi dari Universitas Shandong kepada AFP awal tahun ini. Kebanyakan anak tunggal dewasa ini menghadapi beban menangggung tugas merawat dua orangtua serta empat kakek-nenek di dalam tatanan masyarakat yang masih memiliki tradisi merawat sendiri keluarga lansiannya.