Senin 18 Nov 2013 18:39 WIB

Iran tak Butuh Pengakuan Dunia untuk Perkaya Uranium

Rep: Ichsan Emrald Alamsyah/ Red: Citra Listya Rini
Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran
Pabrik pengayaan uranium, di Qom, Iran

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan Iran tak butuh pengakuan dunia untuk memperkaya uranium. Menurut dia, Iran memiliki hak untuk memperkaya uranium sesuai dengan aturan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).

Ucapan Zarif, seakan-akan berusaha memperkuat permintaan Iran kepada enam negara kuat dunia untuk memperkaya Uranium. Iran, dikutip dari Haaretz, merasa memiliki izin untuk memproduksi bahan bakar nuklir. Karena Iran menandatangani perjanjian PBB yang mengatur teknologi atom.

Sedangkan Amerika Serikat (AS) dan negara lainnya menolak keras mendukung hak Iran untuk memperkaya uranium. Ia juga menambahkan, hak Iran, dikutip dari ISNA, adalah sesuatu yang tak bisa diganggu gugat.

Salah satu dari enam negara kuat dunia, Prancis, berjanji kepada Israel akan menentang pencabutan sanksi ekonomi. Presiden Prancis Francois Hollande, meyakinkan Israel bahwa mereka baru menyetujui jika Teheran benar-benar menghilangkan segala potensi dari pembuatan senjata nuklir.

Hollande dalam penyambutan kedatangannya di bandara Tel Aviv, Israel, menegaskan Prancis takkan membuka jalan bagi profelasi nuklir. Prancis juga akan tetap menuntut Iran menyetujui permintaan mereka.

Hollande menyebutkan ada beberapa poin tuntutan mereka terhadap Iran. Poin pertama, ujar dia, Iran harus menempatkan semua instalasi nuklir mereka dibawah pengawasan internasional. Kedua, Iran harus membekukan program pengayaan uranium sebesar 20 persen. Iran juga harus mengurangi stok uranium.

Terakhir, Iran harus menghentikan pembangunan instalasi di Arak yang berpotensi menghasilkan plutonium. ''Itu adalah poin yang sangat penting bagi kami untuk mendukung kesepakatan,'' kata Hollande dikutip dari Reuters, Ahad (17/11).

Meski begitu, Hollande mengakui bahwa kesepakatan dengan Iran sudah sangat dekat. Namun, itu saja tak cukup, oleh karenanya Prancis memainkan peran penuh dalam negosiasi. 

Duduk bersama dengan Hollande, Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu mengutuk proposal untuk meringankan sanksi yang dibahas Iran dan enam kekuatan dunia. Seharusnya, enam negara kuat dunia memberatkan sanksi bagi Iran.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement