REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Sebagai lumbung padi nasional, Kabupaten Indramayu memiliki stok beras yang berlimpah. Bulog Sub Divre Indramayu pun mengupayakan untuk terus melakukan move out. ''Stok yang ada saat ini bisa cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga 15 bulan mendatang,'' ujar Kepala Bulog Sub Divre Indramayu, M Atta Rizal, dalam jumpa pers di ruang kerjanya, Jumat (22/11).
Atta menilai, stok untuk 15 bulan itu terlalu lama. Idealnya, stok yang aman sebenarnya cukup hanya enam bulan kedepan. Menurut Atta, banyaknya stok akan berpengaruh pada kualitas beras yang disimpan di gudang Bulog. Semakin lama tersimpan, maka kualitas beras akan semakin menurun.
Karenanya, Atta akan terus mengupayakan move out ke berbagai daerah yang masih mengalami kekurangan beras. Tak hanya di Jabar, namun juga daerah lain di Indonesia. ''Untuk Jabar, kami sudah melakukan pengiriman ke Cianjur,'' terang Atta.
Atta menyebutkan, stok beras yang saat ini tersimpan di gudang Bulog Sub Divre Indramayu ada 39 ribu ton setara beras. Jumlah itu tidak termasuk beras yang sebelumnya telah di-move out sebanyak 20 ribu ton setara beras.
Atta menambahkan, secara keseluruhan, jumlah beras yang akan dikirimkan ke daerah-daerah lain mencapai 46 ribu ton. Dengan jumlah yang sudah di-move out sebanyak 20 ribu ton, maka berarti masih ada 26 ribu ton lagi yang akan di-move out. ''Pada Februari 2014 mendatang, diharapkan stok raskin hanya tinggal enam bulan,'' tutur Atta.
Dengan berkurangnya stok di gudang, lanjut Atta, maka Bulog Sub Divre Indramayu dapat kembali melakukan penyerapan untuk stok 2014. Selain itu, beras yang tersimpan untuk stok 2014 pun merupakan beras baru yang memiliki kualitas baik.
Lebih lanjut Atta menjelaskan, target penyerapan Bulog Sub Divre Indramayu pada 2013 mencapai 90 ribu ton setara beras. Dari target tersebut, jumlah yang sudah terealisasi sebesar 74.200 ton setara beras atau 82,7 persen dari target.
Atta mengakui, untuk memenuhi target penyerapan tersebut, pihaknya mengalami kesulitan. Pasalnya, harga gabah di tingkat petani saat ini sangat tinggi. Untuk gabah kering panen (GKP), harganya kini mencapai Rp 4.900 per kg. Padahal, berdasarkan Inpres No 3 Tahun 2012, HPP GKP di tingkat petani hanya Rp 3.300 per kg. ''Para mitra kerja sudah menyerah, tidak mampu membeli gabah dengan harga setinggi itu,'' terang Atta.
Namun, Atta menyatakan, akan terus berupaya memenuhi target tersebut. Di antaranya melalui UPGB. Sementara itu, untuk penyaluran raskin, Atta menyebutkan, hingga saat ini, realisasi raskin baru 91,75 persen. Namun selain raskin reguler, pihaknya juga telah menyalurkan raskin tambahan pada Juni, Juli dan September. ''Untuk raskin tambahan, sudah terealisasi 100 persen,'' ujar Atta.