Sabtu 23 Nov 2013 18:20 WIB

Waspada Batik Tulis Palsu Banyak Beredar

Rep: Heri Purwata/ Red: Karta Raharja Ucu
Batik tulis/ilustrasi
Foto: Edy Yusuf/Republika
Batik tulis/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Saat ini banyak bermunculan pengusaha batik yang memalsukan batik tulis. Mereka menggunakan tekstil bermotif batik yang kemudian diberi ‘esense malam’, sehingga menghasilkan kain yang mirip batik tulis.

Pernyataan itu diungkakan Agus Taufik, dosen Fakultas Teknologi Industri (FTI) UII kepada wartawan di sela-sela Dialog Nasional Batik 2013 di Kampus UII Yogyakarta, Sabtu (23/11). Dialog ini di antaranya, menghadirkan Gumbolo Hadi Susanto (Dekan FTI UII), Masiswo (Balai Besar Kerajinan dan Batik), Tulus Warsito (dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta), Lia Mustafa (Ketua APPMI Yogyakarta) dan Larasati Suliantoro Sulaiman (Ketua Paguyuban Pencinta Batik Sekar Jagad).

Agus berkata, pengusaha yang menggunakan cara tersebut bisa menghasilkan batik yang mirip batik tulis. “Kalau orang awam tentu tidak mengetahui jika batik tersebut adalah batik palsu,” katanya.

Cara seperti itu, kata Agus, harus segera dihentikan karena akan merugikan bangsa Indonesia. Bahkan, dikhawatirkan UNESCO akan mencabut batik sebagai warisan dunia yang dihasilkan bangsa Indonesia.

Untuk melindungi agar batik tetap menjadi karya seni bangsa Indonesia perlu dilakukan revitalisasi dan pembelajaran bagi masyarakat luas untuk mengenal batik tulis asli. Menurut Gumbolo, revitalisasi batik dilakukan dengan menghidupkan kembali seni batik, tidak hanya sekedar mengenal dan memakai batik, tetapi juga melalui pendidikan karakter.

“Banyak hal yang dapat diajarkan dari proses membatik seperti mengajarkan tentang kecermatan, ketelitian, kesabaran, dan ketekunan. Bahkan tidak hanya melihat batik sebagai sebuah mahakarya tetapi juga memaknai filosofinya yang terkandung di dalamnya,” kata Gumbolo.

Museum batik, lanjut Gumbolo, memiliki peran penting dalam menyampaikan perjalanan sejarah batik di Indonesia termasuk perkembangan motif dan filosofinya. Karena itu, Gumbolo memandang penting ada kerjasama antara pengelola museum dan lembaga pendidikan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement