REPUBLIKA.CO.ID, ASTANA -- Ulama Kazakstan mengakui ada gap antara mereka dan generasi muda Muslim. Ini yang kemudian mendorong mereka untuk lebih dekat.
Bagaimana caranya?, ya, mereka mulai aktif bersosialisasi via jejaring sosial dan video.
"Kamu pahami, mereka, generasi muda habiskan waktu sebagian besar berselancara di internet. Tidak seorang pun yang ingin repot mendengarkan khutbah di masjid," ungkap Darkhan Syzdykov, wakil Imam Masjid Maral Eshan, seperti dilansir Radio Free Europe, Senin (25/11).
Darkhan mengungkap generasi muda Muslim sekarang ini lebih memilih mendapatkan jawaban atas pertanyaan mereka tentang agama tanpa harus meninggalkan rumah mereka. Itu sebabnya, para ulama harus lebih aktif dan melek media sosial.
Darkhan, sebelumnya buta jejaring sosial. Ia mulai belajar memanfaatkan jejaring sosial itu ketika ambil bagian dalam lokakarya bersama 56 ulama. Sejak itu, Darkhan mulai paham betapa pentingnya jejaring sosial bagi dakwah.
Ruslan Bolatuly, pejabat tinggi di Provisi Qostanay, menilai jejaring sosial dapat digunakan guna melawan penyebaran ajaran ekstrimis. Itu sebabnya, pemerintah mulai mendorong ulama agar memanfaatkan medium tersebut.
"Di masa lalu, kaum ektrimis mengajak pemuda dengan tatap muka. Kini mereka manfaatkan internet," ucapnya.
Setelah pelatihan jejaring sosial dan pemanfaatan internet, para ulama mulai tergerak berdakwah di dunia maya. Sabyrzhan Esmurzin, seorang imam masjid distrik Zhitikarinky Qostanay bahkan memiliki ribuan followers.
"Kami hanya berdakwah, tidak ada tujuan lain," kata dia.
Menurut dia, tidak mudah bagi para ulama untuk mempelajari jejaring sosial. Ini karena, kebanyakan ulama lahir di zaman yang terpaut jauh ketika lahirnya internet. "Kami-kami ini orang tua," kata dia.
Meski begitu, semangat para ulama Kazakstan mempelajari jejaring sosial patut diacungi jempol. Mereka begitu bersemangat bertanya tentang detail jejaring sosial.