REPUBLIKA.CO.ID, Pusat Kegiatan Belajar Mengajar (PKBM) Himmata merupakan lembaga sosial masyarakat yang menampung 400 lebih anak jalanan dan anak tidak mampu yang ingin sekolah. Bisa dibilang PKBM Himmata sama dengan sekolah formal lainnya. Seperti diungkap Sarkono, ketua Yayasan Himmata, dengan niat yang baik dan tekad kuat untuk mencerdaskan anak bangsa, PKBM Himmata akhirnya mampu memberikan pendidikan kepada 400 anak yang kurang beruntung.
Namun, saat ini PKBM Himmata sedang dalam kesulitan dana, karena banyaknya jumlah siswa tak sebanding dengan pemasukan. Pemasukan didapat salah satunya dari infaq siswa. “Sebelumnya sudah dimusyawarahkan dengan pihak orang tua, kalau yang benar-benar tidak mampu tidak bayar infaq,” ujar Sarkono.
Infaq yang dibayar pun tak besar dan hanya seikhlasnya. “Ada yang lima ribu, enam ribu, atau sembilan ribu dalam sebulan, itu pun hanya 100 hingga 150 siswa,” kata Sarkono saat ditemui di Yayasan Himmata, Plumpang, Jakarta Utara.
Yayasan Himmata membutuhkan dana yang tak sedikit untuk mengakomodasi 400 siswa dan 30 pengajar dengan bayaran sangat rendah. Tidak cukup jika hanya mengandalkan infaq siswa. Dana lain didapat dari pemerintah provinsi. Sayangnya, itu pun jauh dari seharusnya. “Kita ajukan (proposal) untuk 400 anak, namun dana yang diberikan hanya untuk 200 anak, sehingga tidak berimbang,” kata Sarkono.
Banyak perusahaan-perusahaan maupun pribadi yang turut menyumbang, namun lebih kepada bantuan fisik, seperti pembangunan gedung dan pengadaan sarana dan prasarana.
Bagi Anda yang bersedia mengulurkan bantuan pada anak-anak jalanan, klik di sini...