Kamis 28 Nov 2013 21:48 WIB

Mogok Kerja, Dokter Disiapkan Sanksi

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: A.Syalaby Ichsan
 Sejumlah dokter melakukan aksi solidaritas tolak kriminalisasi dokter di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (27/11).  (Republika/Tahta Aidilla)
Sejumlah dokter melakukan aksi solidaritas tolak kriminalisasi dokter di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Rabu (27/11). (Republika/Tahta Aidilla)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur (Jatim) Saifullah Yusuf menyatakan, tetap mengawasi kinerja para dokter di lingkungan pegawai negeri sipil (PNS). Bahkan pihaknya tidak segan-segan memberikan sanksi tegas kepada dokter PNS yang terbukti mogok kerja, mulai teguran hingga skors.

Saifullah mengatakan, sebenarnya dia mendukung dan menghargai sikap dokter yang menyampaikan aspirasinya karena itu adalah hak asasi mereka.

“Tetapi kalau menyampaikan aspirasi seharusnya kalau sedang tidak aktif bekerja. Bisa juga menyampaikannya lewat media sosial atau melalui media tertulis, jadi tidak ada yang dirugikan,” katanya saat dihubungi Republika, Kamis (28/11) malam.

Untuk itu, pihaknya tidak sepakat ketika para dokter mogok bekerja, Rabu (27/11) kemarin karena kode etik dokter adalah melayani pasien dan tidak boleh menelantarkannya.

“Untuk itu, saya kemarin menyampaikan kalau ada dokter PNS yang mogok saat jam kerja maka mereka mendapat sanksi. Sanksi yang paling ringan adalah teguran hingga diskors, tergantung bagian aturan kepegawaiannya,” tuturnya. 

Dia menambahkan, pihaknya telah melakukan rapat dengan Kepala Dinas Kesehatan di Provinsi Jatim, dan para direktur rumah sakit (RS) pemerintah.

Menurut laporan, kata Saifullah, para dokter PNS di Jatim tidak ada yang melakukan pemogokan. Para dokter itu memang menyampaikan aspirasi, tetapi kemudian mereka membubarkan diri dan kembali bekerja.

“Berdasarkan laporan direktur utama RSUD Dr Soetomo, Surabaya, ada satu pasien yang mengeluh tidak dilayani dokter. Tetapi itu sudah diatasi,” ujarnya.

Meski aksi mogok kerja telah berakhir, pihaknya tetap melakukan koordinasi antar instansi seperti dinas kesehatan dan RS untuk mengawasi kinerja dokter. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
اَلَمْ تَرَ اِلَى الَّذِيْ حَاۤجَّ اِبْرٰهٖمَ فِيْ رَبِّهٖٓ اَنْ اٰتٰىهُ اللّٰهُ الْمُلْكَ ۘ اِذْ قَالَ اِبْرٰهٖمُ رَبِّيَ الَّذِيْ يُحْيٖ وَيُمِيْتُۙ قَالَ اَنَا۠ اُحْيٖ وَاُمِيْتُ ۗ قَالَ اِبْرٰهٖمُ فَاِنَّ اللّٰهَ يَأْتِيْ بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِيْ كَفَرَ ۗوَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَۚ
Tidakkah kamu memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim mengenai Tuhannya, karena Allah telah memberinya kerajaan (kekuasaan). Ketika Ibrahim berkata, “Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan,” dia berkata, “Aku pun dapat menghidupkan dan mematikan.” Ibrahim berkata, “Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat.” Maka bingunglah orang yang kafir itu. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

(QS. Al-Baqarah ayat 258)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement