REPUBLIKA.CO.ID,
RAMALLAH -- Seorang pejabat Palestina pada Kamis (28/11) membantah pernyataan pemimpin perunding Israel bahwa pembicaraan perdamaian antara kedua pihak "membuat kemajuan".
"Pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman Israel Tzipi Livni bertujuan menyembunyikan rintangan Israel terhadap perundingan dan peningkatan pembangunan permukiman --yang merusak pembicaraan itu," kata pejabat Palestina tersebut kepada Xinhua.
Perundingan itu, yang dibantu oleh Amerika Serikat pada Juli, memasuki koridor gelap sebab Israel berusaha menghindari pembahasan masalah perbatasan dan memusatkan perhatian pada keamanan, kata pejabat Palestina tersebut.
Pejabat itu mengatakan kedua pihak menyadari kesulitan dalam perundingan tersebut, yang dilanjutkan setelah hampir tiga tahun macet, demikian laporan Xinhua. Namun kedua pihak itu tetap bertekad melanjutkan pembicaraan sampai akhir masa sembilan bulan.
Di dalam satu wawancara dengan Radio Israel pada Rabu (27/11), Livni mengatakan pembicaraan tersebut "menyaksikan kemajuan besar kendati ada keraguan dari timpalannya dari pihak Palestina".
Pada hari yang sama, pemimpin perunding Palestina Saeb Erekat bertemu dengan tim perunding Israel di Jerusalem. Itu adalah pertemuan pertama semacamnya sejak para perunding Palestina mengatakan mereka mengundurkan diri pada awal November.
Meskipun Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Komite Sentral Partai Fatahnya menolak pengunduran diri tim dua-anggota Palestina, perunding kedua Mohammed Ishteya mempertahankan keputusannya dan tak mau ikut dalam pertemuan pada Rabu di Jerusalem.
Selama pertemuan itu, Erekat dengan tegas mengecam serangan militer Israel di daerah yang dikuasai Palestina di Tepi Barat Sungai Jordan dan peningkatan pembangunan permukiman, yang membuat negara masa depan Palestina secara geografis tidak berdekatan, kata pejabat tersebut.