REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terus memonitor perkembangan nilai tukar rupiah yang terus merosot, serta aktivitas ekonomi regional. Catatan yang ditekankan SBY dalam situasi seperti saat ini adalah memastikan paket kebijakan yang telah dikeluarkan beberapa waktu lalu dijalankan.
Staf khusus presiden bidang ekonomi dan pembangunan, Firmanzah mengatakan, SBY terus meminta para menteri fokus bekerja. Utamanya untuk menyukseskan reformasi struktural yang tidak hanya terkait nilai tukar rupiah. Tapi juga memberikan stimulus kepada dunia usaha dan mempertahankan daya beli masyarakat.
Apalagi pemerintah telah meluncurkan 17 paket kebijakan. "Presiden menginstruksikan, kita terus monitor mata uang regional, kita evaluasi, memang yang menjadi fokus yakni, menjaga daya beli masyarakat" katanya, Jumat (29/11).
Ia mengatakan, pemerintah tetap mengantisipasi pelemahan terhadap rupiah. Caranya dengan tetap berkoordinasi dengan otoritas moneter, pengawasan industri keuangan, perlindungan, penjamin simpanan, kementerian keuangan dan Bank Indonesia.
Diakuinya, kebijakan menaikan BI rate beberapa waktu lalu berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Tetapi hal tersebut pun dilakukan untuk antisipasi dan stabilisasi. "Selain itu, kebijakan untuk mengurangi impor diesel dengan bauran biofuel harus dilakukan," katanya.