Jumat 29 Nov 2013 17:48 WIB

Investasi Gerakkan Ekonomi Nasional

Rep: Friska Yolandha/ Red: Nidia Zuraya
Investasi (ilustrasi)
Foto: Reuters/Leonhard Foeger
Investasi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Investasi di mata masyarakat identik dengan orang tua. Anak muda, cenderung malas berinvestasi karena merasa hidupnya masih panjang dan masih memerlukan uang untuk membeli berbagai jenis barang. Padahal, investasi justru harus dimulai sejak dini agar hasilnya dapat dinikmati di masa depan, baik lima, 10 atau 20 tahun lagi.

Kebanyakan masyarakat juga berpikir, investasi hanya dilakukan oleh orang berduit. Kenyataannya, orang yang bergaji pas-pasan juga wajib berinvestasi untuk masa depannya. "Investasi tidak perlu banyak, cukup 10 persen dari gaji. Tapi harus konsisten," ujar Wakil Presiden Direktur PT Manulife Financial Nelly Husnayati kepada ROL baru-baru ini.

Ada banyak instrumen yang dapat dimanfaatkan untuk investasi. Tabungan adalah instrumen yang paling aman. Apalagi perbankan ramai-ramai menaikkan suku bunga tabungan untuk menarik lebih banyak dana dari masyarakat. Bagi yang tidak senang dengan risiko, tabungan bisa menjadi pilihan yang tepat.

Namun, return yang diperoleh dari tabungan tidak setinggi instrumen lain. Nelly mengatakan, investasi di pasar uang sebaiknya digunakan ketika investor sudah mendekati jatuh tempo untuk menikmati hasil investasi, misalnya ketika sudah mendekati waktu pensiun.

Direktur Pengembangan Bisnis PT Manulife Asset Management Indonesia (MAMI) Putut N Andanawarih mengungkapkan, investasi yang baik sangat bergantung pada berapa lama investor berinvestasi. Tingkat risiko yang dihadapi pun berbeda, bergantung pada kemampuan investor tersebut.

Investasi yang memberikan return paling tinggi adalah investasi di pasar modal. Jika dilihat dari tahun ke tahun, indeks harga saham gabungan (IHSG) terus mengalami peningkatan. Sayangnya, banyak investor yang enggan bermain saham karena risikonya yang tinggi.

Putut mengatakan, tingginya risiko yang diperoleh karena ketidaktahuan investor atas saham yang dibelinya. Selain itu, investor juga tidak mendiversifikasi investasi sehingga risiko rugi meningkat. Padahal, investasi tidak harus 100 persen di satu instrumen. "Pembelian saham pun sebaiknya dilakukan secara bertahap," kata Putut.

Hal ini diamini seorang investor pasar modal yang sukses mendapatkan keuntungan di pasar modal Indonesia, Lo Kheng Hong. Lo mengatakan, risiko investasi di pasar modal dapat diperkecil dengan mengenali profil perusahaan yang akan dibeli sahamnya. Informasi tentang perusahaan tersebut akan membantu seorang investor mengetahui rekam jejak dan prospek perusahaan ke depan. Hal itu akan mencerminkan nilai sahamnya di masa depan sehingga investor dapat memutuskan untuk membeli atau tidak.

Investor juga dituntut untuk rajin membaca informasi, tidak hanya dari dalam perusahaan, tetapi juga dari media. Dengan demikian, diharapkan investasi di saham tidak menjadi hantu bagi investor yang takut kehilangan uang karena salah berinvestasi. "Investasi di pasar modal itu paling menguntungkan. Di mana Anda akan temukan investasi yang memberikan return sampai 6.000 persen?" kata Lo.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, investor harus memiliki pemahaman yang cukup sebelum berinvestasi di pasar modal. Jangan sampai investor berinvestasi tanpa mengetahui kondisi perusahaan atau produk investasi yang dibeli. "Jangan sampai beli kucing dalam karung," ujar Ito pada Investor Summit and Capital Market Expo 2013, Kamis (28/11).

Memang, kurangnya pengetahuan tentang pasar modal membuat masyarakat enggan menjadi investor. Padahal, pasar modal akan menjadi roda penggerak ekonomi nasional. Selama ini, ekonomi digerakkan oleh konsumsi masyarakat yang mencapai 60 persen dari produk domestik bruto (PDB), sedangkan pasar modal hanya sepertiganya.

Ito menilai, konsumsi tidak akan selamanya mendorong perekonomian bangsa secara berkelanjutan. Investasi perlu dilakukan agar ekonomi terus bergerak secara konsisten. Ini karena investasi juga menggerakkan sisi lain yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu ekspor.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan tiga self regulatory organisation (SRO) yang terdiri dari BEI, PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) terus melakukan sosialisasi dan edukasi pasar modal untuk meningkatkan peran masyarakat sebagai investor domestik.

Saat ini pasar modal Indonesia belum dapat lepas dari asing sehingga fluktuasi pasar global akan memengaruhi ekonomi negara. Edukasi bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat terhadap pasar modal yang saat ini paling rendah bila dibandingkan dengan sektor keuangan lain.

"Penguatan pasar modal adalah cara kita mempersiapkan diri menghadapi tantangan ekonomi di masa depan," kata Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement