REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Isu dari konten pemberitaan media Barat selalu menjadi mainstream pemberitaan di media internasional. Sedangkan pesan pemberitaan media Islam seringkali kalah mengglobal bahkan di negara Islam itu sendiri.
Untuk mencapai keberhasilan, media Islam harus mampu mengubah mainstream pemberitaan dan isu media barat. Pembahasan inilah yang menjadi sebagian diskusi pada hari kedua Konferensi Internasional Islam tentang Media ke III di Jakarta, Rabu (4/12).
Dalam pemaparan awal, Wakil Menteri Budaya dan Informasi Kerajaan Arab Saudi, Abdullah Al Jaseer mengungkapkan, sebuah ironi ketika media barat mem-blow up pemberitaan terorisme besar-besaran dan mengeksploitasi negatif ajaran Islam. Sedangkan negara muslim lain mengkonsumsi pemberitaan tersebut bahkan menjadi acuan pemberitaan.
"Menyedihkan ketika berbagai media di negara Arab dan negara berpenduduk Islam mengeksploitasi pesan negatif Islam dari media Barat. Sedangkan di sisi lain media islam yang ada hanya berkembang pada isu lokal dan tidak mengglobal," ujar Jaseer dalam penyampaiannya.
Akibatnya, kata dia, seringkali pesan Islam dari media muslim ini pun salah arah karena mengikuti isu Barat yang mainstream tadi. Ia mengingatkan, pesan utama media Islam tetap bertolak pada dimensi dakwah dengan tanggung jawab sosial yang tinggi.
Ini berbeda dengan ideologi media Barat, yang hanya mementingkan keuntungan dan pemberitaan yang tendensius tanpa pertanggung jawaban sosial. Ia pun mencontohkan bagaimana isu terorisme, di beberapa negara yang saat ini telah terstigma dan menjadi stereotipe bagi seorang muslim.
Di satu sisi, media barat melepaskan tanggung jawab sosialnya bagi negara muslim yang saat ini telah porak poranda karena isu terorisme, demokrasi dan senjata pemusnah masal. Efek ini terus terjadi di media internasional yang semakin tidak bertanggung jawab sosial dari kerusakan moral dan tatanan sosial politik negara-negara berpenduduk Islam.