REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Rahmatunnisa Safitri (Dosen UGM Yogyakarta)
Laki-laki bernama Stefan itu bertanya mengapa Tuhansuka menyiksa umatNya dengan puasa, sholat, dan haji. Dan jawaban Rangga Almahendra dengan menuruti cara berpikir Stefan yang tak mengenal Tuhan dan sangat sekuler dalam kehidupannya, terbilang cerdas dan nendang. Dialog antara Stefan dan Rangga, dua karakter di film 99 Cahaya di Langit Eropa ini cukup memikat.
Salah satu adegan lain yang membuat getar emosi penonton adalah ketika adegan pembicaraan turis yang tengah mengolok-olok muslim Turki namun Fatma berhasil menjawabnya dengan bijaksana.
Adegan itu seakan memberikan gambaran apa yang disebut ‘the clash of civilization’ atau adanya benturan peradaban di era sekarang ini. Adegan demi adegan di 99 Cahaya di Langit Eropa sangat sederhana namun serasa faktual dalam kehidupan sehari-hari.
99 Cahaya di Langit Eropa (99CDLE), yang telah merampungkan syutingnya di 4 4 negara dalam 1,5 bulan ini adalah catatan kisah nyata perjalanan spiritual sepasang suami istri Indonesia, Hanum dan Rangga yang tinggal di Eropa selama 4 tahun. Sebagai minoritas, mereka belajar tentang arti mempertahankan prinsip dan keyakinannya dalam arus pusaran globalisasi dan sekulerisme di Eropa yang dibalut dengan kisah persahabatan, penelusuran sejarah, kesetiaan, dan cinta serta dilema kultural sosial.
Peran Hanum Rais dimainkan oleh Acha Septriasa dan Rangga Almahendra oleh Abimana Aryasatya. Keduanya menjadi pemain utama dalam film besutan Guntur Soeharjanto yang rencananya akan dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama film 99CDLE ini akan bercerita tentang penjelajahan pasangan suami istri ini di Wina dan Paris, dan bagian kedua menceritakan di Cordoba, Spanyol dan Istanbul, Turki.
Film 99 Cahaya di Langit Eropa terbilang film bergenre baru, mengingat film religi selama ini hanya berkutat dengan masalah poligami, cinta segitiga antara seorang pria yang diperebutkan beberapa wanita, cinta beda agama, serta terjebak masalah klise halal dan haram semata. 99 Cahaya di Langit Eropa berusaha menaikkan derajat film religi nasional menjadi sebuah tren baru perfilman nasional dengan mengangkat sejarah dunia, persahabatan antara negara, perjuangan pelajar Indonesia, dan mempertahankan keyakinan di tengah sekulerisme. Tagline dalam buku nya sendiri adalah misi menjadi agen muslim yang baik.
Sebagai film Indonesia, 99 Cahaya di Langit Eropa menjadi film pertama yang berhasil menembus perijinan management tour de Eiffel di Paris. Selama 4 jam, kru 99 Cahaya di Langit Eropa mendapatkan privilege melakukan syuting di puncak Eiffel sebelum para pengunjung masuk. Bahkan, tim diperkenankan untuk melakukan adegan adzan di puncak Eiffel.
Menurut Guntur Soeharjanto, perizinan di Eiffel dan museum Louvre adalah yang paling sulit, sehingga mereka harus mengeluarkan ekstra negosiator. Bagi Guntur, melunakkan perijinan di dua landmark Paris itu adalah keharusan. ‘’Karena filmnya agak seperti The Da Vinci Code versi Islam, jadi semuanya harus real set di tempat yang ada sesuai dengan buku untuk pengungkapan fakta-fakta’’ tutur Guntur.
Bagi pemain, memainkan tokoh Hanum maupun Rangga merupakan sebuah tantangan tersendiri. ‘’Karena orangnya riil ada dan masih hidup semua’’, kata Acha Septriasa. Namun demikian, Hanum dan Rangga asli tak pernah memberikan beban bahwa pemain harus sama persis dengan mereka berdua dari segi fisik maupun non fisik. ‘’Ini kan bukan film bio epic. Ini bukan film tentang kami. Ini film tentang perjalanan itu sendiri yang diharapkan penonton bisa belajar banyak dari apa yang disajikan’’, kata Hanum dan Rangga saat konferensi pers Jumat lalu.
Selain Acha dan Abimana, pemain lainnya adalahDewi Sandra, Fatin Sidqia Lubis, Raline Shah dan Dian Pelangi juga ikut berpartisipasi dalam film bertema hijab ini. Akting aktris cilik pendatang baru, Gecca Tavara cukup mengundang perhatian dalam film ini.
Film ini juga disokong oleh insititusi beasiswa European Union yang banyak memberikan beasiswa bagi pelajar Indonesia mengingat banyak adegan dimana Rangga, Stefan, Maarja dan Khan, yang mewakili karakter pelajar Indonesia yang digambarkan berjuang menjadi terbaik di kampusnya. Dubes EU untuk Indonesia Olof Skoog pada saat pemutaran perdana Jumat lalu menyerukan bahwa Film 99 Cahaya di Langit Eropa merupakan satu film yang patut ditonton tak hanya orang Indonesia namun masyarakat dunia karena penuh dengan semangat kebersamaan dan toleransi. Film 99 Cahaya di Langit Eropa ini mulai diputar di bioskop Indonesia mulai 5 Desember 2013.