Rabu 11 Dec 2013 06:07 WIB

Jangan 'Lebay' Hadapi Persoalan Lingkungan Hidup

Cuaca ekstrim.   (ilustrasi)
Foto: Republika/Adhi Wicaksono
Cuaca ekstrim. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pejabat Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) menegaskan bahwa persoalan lingkungan hidup dan perubahan iklim bisa diatasi dengan sederhana dan tidak perlu diatasi secara berlebihan alias lebay.

"Mematikan lampu untuk menghemat energi tidak perlu duit. Hanya perlu kesadaran. Mengatasi perubahan iklim dengan cara sederhana, istilah anak muda sekarang, kita hidup tidak usah lebay," kata Kabid Kerentanan Perubahan Iklim Asdep Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup, Arif Wibowo, di Jakarta, Rabu (11/12).

Isu lingkungan, menurut Arif, pada Diskusi Terbatas Media mengenai Urban Climate Change Resilience (UCCR) diselenggarakan Mercy Corps Indonesia bekerjasama dengan The Society of Indonesian Environmental Journalists (SIEJ) itu, juga merupakan isu ekonomi.

"Supaya tidak lebay, pembangunan perubahan iklim menjadi milik bersama, bukan suatu proyek. Main settingnya harus mencari solusi yang simpel, seperti biogas, optimalisasinya bagaimana. Misalnya, bagaimana petani dapat menghasilkan pupuk organik, menghasilkan beras organik yang nilai jualnya mahal," kata dia lagi.

Arif mengingatkan, emisi dan kerentanan efek rumah kaca jangan naik terus, sehingga bisa ditanggulangi dengan perbuatan-perbuatan sederhana.

"Negara maju melakukan perubahan dengan teknologi. Negara berkembang dengan ketergantungan pada negara maju," ujar dia lagi.

Dari dulu, pemerintah memiliki program pembanguan berkelanjutan dan isu macam-macam, salah satunya perubahan iklim. Namun, Arif menyayangkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang seringkali mudah diganti akibat kepentingan politis.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement