REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilih muda memainkan peran penting dalam proses sirkulasi kekuasaan di Indonesia 2014. Jumlah mereka signifikan, berkisar 64 juta orang. Setara dengan 34 persen suara.
"Pemilih muda adalah kelompok yang penting karena jumlahnya besar," kata Direktur Eksekutif Indobarometer, M Qodari di Jakarta, Rabu (11/12).
Qodari mengatakan, pemilih muda merupakan penentu wajah Indonesia di masa depan. Kualitas demokrasi, ekonomi, dan politik Indonesia amat ditentukan oleh pandangan mereka terhadap politik dan demokrasi. "Ini tulang punggu masyarakat Indonesia ke depan," ujarnya.
Hasil survei Indobarometer soal partisipasi politik anak muda dan kesadaran mereka terhadap demokrasi cukup mengejutkan. Ternyata tingkat partisipasi politik dan pemahaman demokrasi anak muda cukup tinggi. Ini didapat dari survei yang mereka lakukan kepada 1.200 anak muda (usia 17-30 tahun) di seluruh Indonesia lewat metode multirandom sampling.
Dalam hal demokrasi misalnya. Ada sebanyak 71,2 persen pemuda yang sepakat dengan sistem demokrasi sebagai bentuk pemerintahan negara. Kebanyakan pemuda tidak setuju terhadap otoritarianisme dan sistem politik satu partai. Mereka juga menolak wacana menghapus pemilu dan kepemimpinan nasional oleh militer aktif.
Lebih dari sekadar setuju pada demokrasi. Para pemuda ternyata juga memiliki pemahaman yang baik soal demokrasi. Qodari misalnya mengatakan ada sekitar 85,5 persen pemuda yang memahami demokrasi sebagai bentuk kebebasan mengkritik pemerintah.
Selain itu ada sekitar 55,7 persen yang memahami demokrasi sebagai bentuk kebebasan mendirikan partai politik. Kemudian, sebanyak 89,7 persen pemuda juga memahami demokrasi sebagai upaya melindungi kebebasan masyarakat dari kesewenang-wenangan penguasa.
"Pemilih muda memahami makna ciri-ciri penting dalam demokrasai dari mulai kebebasan mengkritik pemerintah hingga melindungi kebebasan masyarakat dari tindakan kesewenang-wenangan," ujarnya.
Tingkat partisipasi politik pemuda ternyata juga jauh dari kata memprihatinkan. Qodari mengatakan dalam lima tahun terakhir para pemuda cukup banyak terlibat dalam proses sirkulasi kekuasaan. Baik di level nasional maupun daerah.
"Partisipasi politik dalam pemilu legislatif 71,5 persen, pilpres 74,9 persen, pilgub 81,9 persen, dan pilwakot 81,6 persen," kata Qodari.
Untuk pemilu 2014, katanya, tingkat partisipasi politik anak muda juga cukup menggairahkan. Ada sebanyak 86,9 responden muda yang siap mengikuti pemilu. Hanya ada 3,0 persen pemuda yang menyatakan ragu mengikuti pemilu dan 0,5 persen yang memastikan akan menjadi golput.