REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad mengatakan korupsi di Indonesia mengalami evolusi, metamorfosa, dan regenerasi secara signifikan. Sehingga KPK harus memiliki cara tersendiri memberantasnya.
"Korupsi alami evolusi yang luar biasa, kalau dulu kita kenal korupsi secara sederhana, sekarang sudah lebih canggih," kata Abraham dalam seminar 'Pekan Politik Kebangsaan' di Jakarta, Kamis (12/12).
Abraham memberikan contoh kasus Bank Century sebagai kasus korupsi yang sudah berevolusi menjadi kejahatan kriminal kelas atas, sehingga diperlukan cara yang tidak kalah canggih untuk membongkar dan menyelesaikan kasus tersebut.
Sementara untuk metamorfosa dan regenerasi, Abraham menyatakan bahwa orang mengenal korupsi dilakukan oleh oknum yang berusia 40 tahun ke atas, namun saat ini generasi muda sudah banyak melakukan tindak pidana korupsi.
"Pegawai pajak yang ditangkap KPK rata-rata berusia 29 tahun, Nazarudin dan Angelina Sondakh usianya 30 tahunan. Ini kan kaum muda semua," ujar Abraham.
Melihat fenomena ini, Abraham menilai bahwa ada yang salah terhadap generasi muda masa kini, karena tidak cukup kuat untuk menangkal korupsi. "Maka KPK harus punya cara tersendiri untuk meberantasnya," tegas dia.
Strategi pendekatan yang dilakukan oleh KPK dikatakan Abraham berupa penindakan yang represif dan diikuti dengan pencegahan. Abraham menjelaskan dari sisi pencegahan ada dua hal yang harus dicegah yaitu individu dan sistem yang ada di Indonesia.
"Individu harus ditanamkan moralitas dan integritas, sementara sistem di Indonesia juga harus dibenahi," ujar Abraham.
Abraham menilai sistem yang ada di Indonesia merupakan sistem yang dapat memproduksi korupsi, didukung pula dengan individu yang moral dan integritasnya tidak cukup kokoh.
"Itu harus dibenahi, atau KPK hanya serupa pemadam kebakaran yang kalau tidak membenahi sistemnya, maka korupsi bisa terjadi berulang-ulang," kata Abraham.