REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berhura-hura dalam menyambut Tahun Baru seakan-akan sudah menjadi tradisi oleh sebagian masyarakat Indonesia, khususnya kalangan muda. Di Ibu Kota DKI Jakarta misalnya, pada beberapa tempat selalu saja ada kegiatan yang menjurus kepada dosa yang digelar di setiap penghujung tahun.
“Sejak zaman Gubernur Ali Sadikin sampai sekarang, di hotel-hotel Jakarta banyak digelar pesta maksiat menjelang Tahun Baru. Muda-mudi berpeluk-pelukan sambil menenggak minuman keras,” kata pemerhati Jakarta, Alwi Shahab yang akrab disapa Abah Alwi, kepada ROL, Senin (30/12).
Pria kelahiran 1936 itu menuturkan, kebanyakan generasi muda Indonesia sekarang sudah terpengaruh oleh budaya hedonisme Barat. Tanpa melihat latar belakang agama mereka, momentum akhir tahun justru mereka gunakan untuk mengadakan pesta pora yang tak jelas manfaatnya. Bukan dengan mengevaluasi dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk menyongsong tahun berikutnya.
Oleh karena itu, kata Abah Alwi, perlu ada kegiatan positif yang dapat mengimbangi acara-acara maksiat di akhir tahun tersebut. Beberapa di antaranya bisa dengan melakukan tabligh akbar ataupun zikir bersama.
“Alhamdulillah, saya melihat di kampung-kampung sudah banyak juga yang menggelar pengajian dan tabligh akbar menjelang pergantian tahun. Mereka tidak ikut-ikutan dengan gaya Barat,” ujarnya.
Menurut Abah Alwi, kegiatan-kegiatan semacam itu dapat menjadi penyeimbang di tengah-tengah masyarakat yang kini kian tergerus oleh hedonisme. Termasuk juga Zikir Nasional yang bakal diselenggarakan oleh Republika di Masjd Agung At Tin, Jakarta Timur, pada malam Tahun Baru nanti.