Sabtu 04 Jan 2014 15:24 WIB

Irman Gusman Sidak Elpiji di Purwokerto

Pekerja mengangkut tabung 12 kilogram berisi liquefied petroleum gas (LPG atau elpiji).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Pekerja mengangkut tabung 12 kilogram berisi liquefied petroleum gas (LPG atau elpiji).

REPUBLIKA.CO.ID,PURWOKERTO--Ketua Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia Irman Gusman melakukan inspeksi mendadak (sidak) terhadap ketersediaan elpiji ukuran 12 kilogram maupun 3 kilogram di Purwokerto, Jawa Tengah.

Dalam inspeksi yang dilakukan usai menghadiri acara Dialog Kebangsaan di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sabtu siang, Irman mendatangi pangkalan elpiji UD Margo Mulyo, Jalan HR Bunyamin, Kelurahan Bancarkembar, Kecamatan Purwokerto Utara, Banyumas.

Di tempat tersebut, Irman mendapat penjelasan dari pemilik UD Margo Mulyo, Bambang Purnomo, terkait ketersediaan elpiji pascakenaikan harga elpiji 12 kilogram.

Saat ditemui wartawan, Irman menilai ketersediaan elpiji di pangkalan tersebut cukup baik.Bahkan, kata dia, pangkalan tersebut menjual elpiji sesuai harga yang ditentukan Pertamina.

"Tapi yang perlu kita jaga, masyarakat yang membeli karena kenaikannya tinggi, sosialisasinya kurang. Orang biasa beli yang 12 kilogram dengan harga Rp85.000 per tabung, sekarang Rp126.500 per tabung, sehingga memberatkan konsumen rumah tangga," katanya.

Selain itu, kata dia, kenaikan harga elpiji 12 kilogram dapat berdampak terhadap terjadinya penyelewengan terhadap elpiji 3 kilogram yang harganya Rp13.500 per tabung.

Dalam hal ini, tidak menutup kemungkinan adanya konsumen elpiji 12 kilogram yang beralih ke elpiji 3 kilogram yang selisih harganya cukup tinggi."Coba saja empat tabung elpiji 3 kilogram (total 12 kilogram, red.) hanya Rp54.000. Kita khawatirkan kenaikan harga ini menjadikan migrasi besar-besaran ke elpiji 3 kilogram sehingga akan menambah beban subsidi," katanya.

Terkait hal itu, Irman mengatakan bahwa pemerintah harus mengontrol Pertamina yang merupakan badan usaha milik negara (BUMN)."Jangan Pertamina seolah-olah seperti perusahaan murni," katanya.

Ia mengatakan bahwa Pertamina seharusnya mencari cara yang lebih bijak untuk menekan kerugian, bukan dengan menaikkan harga elpiji 12 kilogram.

Menurut dia, kebijakan menaikkan harga elpiji 12 kilogram tersebut justru tidak bijak karena memberatkan masyarakat.

Oleh karena itu, kata dia, kenaikan harga elpiji perlu ditunda agar tidak menyengsarakan masyarakat."Apalagi sekarang inflasi kita meninggi, pendapatan masyarakat juga sedang terpuruk. Lihat di daerah-daerah, di pedalaman, bahkan di Papua harganya sudah Rp300 ribu sekian," katanya.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement