REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Mantan Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Wiranto mengatakan Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror seharusnya tidak menembak mati anggota jaringan teroris yang hendak ditangkap.
"Terorisme itu jaringan. Bahkan, jaringan internasional," katanya di sela-sela acara Dialog Kebangsaan di Auditorium Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sabtu.
Oleh karena itu, kata dia, untuk membongkar jaringan teroris membutuhkan informasi yang banyak. "Hemat saya, jangan tembak mati. Tangkap tangan untuk kemudian kita korek informasinya, jaringannya bisa kita buka lebih luas lagi," kata calon presiden dari Partai Hati Nurani Rakyat ini.
Disinggung mengenai kemungkinan perlu dilakukan evaluasi terhadap Densus 88 Antiteror, dia enggan memberikan komentar.
"Terserah kepada yang bersangkutan, jangan saya. Saya nanti campur tangan urusan mereka, tidak boleh," katanya.
Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri meggerebek rumah kontrakan di Jalan KH Dewantoro Gang H Hasan RT 04/07 Kampung Sawah, Tangerang Selatan pada Selasa (31/12) malam hingga Rabu (1/1) dini hari.
Operasi tersebut menyebabkan enam terduga teroris tewas yakni Nurul Haq alias Dirman, Ozi alias Tomo, Rizal alias Hendi, Edo alias Ando, dan Amril. Satu orang lainnya mati ditembak di jalan ketika mengendarai motor yakni Daeng alias Dayat.
Polisi juga menemukan enam bom pipa, enam senjata api, lima buah golok, beberapa bahan kimia dan rangkaian elektronik yang diduga digunakan dalam perakitan bom.