REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Badan pemilihan umum (Pemilu) di Afghanistan telah mengumumkan bahwa 300 ribu pengamat nasional dan internasional akan memantau pemilihan presiden mendatang di negeri itu, yang dijadwalkan pada 5 April."Sebanyak 300 ribu pengamat nasional dan internasional akan memantau pemilihan presiden mendatang," kata English Daily Outlook Afghanistan, Ahad (5/1), mengutip Noor Mohammad Noor, Juru Bicara Komisi Pemilihan Umum.
Surat kabar lain, Mandegar Daily, juga mengutip Noor di dalam edisi Ahad (5/1). "Undangan telah dikirim kepada pengamat internasional dari Uni Eropa dan Perhimpunan Kerja Sama Negara Regional Asia Selatan," ujar Noor.
Juru Bicara bagi Komisi Pemilihan Umum Independen (IEC) mengatakan sebanyak 1.400 wakil dari 120 perhimpunan nasional dan internasional sudah didaftar oleh badan pemilihan umum untuk melakukan pemantauan. Sebanyak 12 juta dari 27 juta warga Afghanistan diperkirakan akan memenuhi syarat sebagai pemilih.
Namun, harian Hast-e-Subh melaporkan mayoritas provinsi terpencil dan yang dipengaruhi kaum fanatik termasuk Nuristan, Daikundi dan Helmand sejauh ini belum menerima kartu suara, demikian laporan Xinhua, Ahad (5/1) malam. Mengutip Gubernur Provinsi Nuristan Tamim Nuristani, surat kabar tersebut melaporkan hanya 16 ribu dari 70 ribu pemilih yang memenuhi syarat telah menerima kartu suara di salah satu kabupaten di provinsi itu.
Anggota Parlemen Nahid Farid telah menyeru pemuda Afghanistan agar sepenuhnya memanfaatkan hak pilih mereka dalam pemilihan umum mendatang, yang ketiga di negara Asia Tengah tersebut pasca-Taliban, kata harian tersebut.
Sementara itu baku-tembak antara pasukan keamanan dan anggota Taliban di Provinsi Ghazni, Afghanistan, menewaskan 15 gerilyawan termasuk seorang komandan penting pada Ahad (5/1). "Satu kelompok gerilyawan Taliban yang bersenjata menyerbu satu pos pemeriksaan polisi di Daerah Jangul, Kabupaten Abband, pada Sabtu larut malam, sehingga memicu baku-tembak sengit yang berlangsung sampai Ahad pagi. Selama itu, 15 gerilyawan termasuk komandan penting mereka Mullah Alam tewas," kata Gubernur Provinsi itu Allah Dad Halimi kepada Xinhua.
Lima di antara mereka yang tewas dalam baku-tembak tersebut adalah warganegara Pakistan yang bergabung dengan Taliban, katanya. Zabihullah Mujahid, yang mengaku berbicara buat cabang Taliban dalam pembicaraan dengan media melalui telepon dari lokasi yang tidak diketahui, mengkonfirmasi konflik tersebut. Ia mengatakan dua gerilyawan Taliban dan enam polisi tewas dalam pertempuran itu.