REPUBLIKA.CO.ID, Usia Hj Tutty Alawiyah memang tidak muda lagi. Ia lahir, 30 Maret 1942 di Jakarta. Namun, hal itu bukanlah penghalang baginya untuk tetap semangat melaksanakan syiar agama Islam.
Saat berbincang dengan Republika, beberapa waktu lalu, ia mengaku masih aktif berdakwah di sejumlah negara Eropa. Rektor Universitas as-Syafi'iyah (UIA) Jakarta ini menuturkan, baru saja kembali dari London, Inggris.
Sebelumnya, ia berkunjung ke Prancis dan Italia. Pada Februari tahun lalu, ia berkesempatan berdakwah di Thailand.
Hasil dari berdakwah di luar negeri itu, wanita yang pernah memimpin organisasi perempuan internasional IMWU (International Moslem Women Union) kerap mendengar harapan, terutama dari warga Indonesia, agar ia bisa mendatangkan pendakwah atau ustaz.
“Mereka berharap tiap bulan suci Ramadhan dikirim pendakwah ke negara di mana mereka tinggal,” ungkap ketua Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT) itu menjelaskan.
Menurut Tutty, di tiap negara memiliki guru utama. Namun, jumlahnya tidak sebanding dengan jumlah jamaah yang ada.
Padahal, kaum Muslim di luar negeri antusias belajar dan ingin agar ada guru yang mampu menuntun mereka. “Ini problem yang mereka hadapi,” kata perempuan asli Betawi itu.
Berdakwah memang bukan hal asing bagi ibu lima anak ini. Sejak usia sembilan tahun, Tutty mulai berdakwah. Perempuan yang menikah pada usia 18 tahun ini bahkan sudah mempunyai jadwal berdakwah ke luar negeri pada Januari.