REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk memimpin Indonesia dibutuhkan pemimpin yang memiliki kompetensi dan kepercayaan diri. Jika masih ada pemimpin yang memercayai hal-hal klenik maka sudah sepantasnya mengubah diri karena hal tersebut dinilai tak lagi relevan dengan masa kini.
''Kalau masih ada pemimpin yang percaya pada klenik di zaman modern seperti sekarang, saya rasa itu memimpin zaman purba. Orang sudah pergi ke bulan, kok ini masih saja percaya pada klenik,'' kata Ketua Umum Pengurus Pusat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (PP KAMMI), Andriyana, di Jakarta.
Pergunjingan pemimpin klenik ini mencuat setelah harian The Washington Post dalam edisi terbarunya menulis bahwa Susilo Bambang Yudhoyono merupakan Presiden Indonesia yang percaya terhadap klenik alias sihir.
Tulisan ini diturunkan dengan judul 'Indonesia President Says He Believes in Witchcraft, yang terpampang dalam kolom 'religion'. Artikel ini ditulis Vishal Arora yang mengambil sumber dari buku tulisan SBY 'Selalu Ada Pilihan'.
Tapi sesungguhnya, bukan lagi menjadi rahasia umum, perilaku semacam itu juga masih banyak dilakukan oleh sebagian orang di negeri ini. Utamanya menjelang Pemilu 2014. Tak sedikit para calon legislatif (caleg) hingga salah satu kandidat presiden ternyata sangat memercayai klenik dengan menyambangi para dukun.
Andriyana secara tegas menyampaikan agar rakyat jangan sampai memilih tipikal pemimpin yang masih memercayai hal klenik. Pasalnya, para pemimpin semacam itu menandakan tidak adanya kepercayaan diri dan kemampuan untuk tampil sebagai pemimpin.
''Pilihlah pemimpin yang rasional. Mereka yang memiliki kemampuan diri, otak maupun kompetensi untuk dapat memimpin bangsa ini. Itulah sebabnya kita harus bisa lebih rasional lagi menentukan pilihan mencari pemimpin bangsa ini,'' tandasnya.