REPUBLIKA.CO.ID, JATINEGARA -- Warga Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur (Jaktim) bersedia pindah ke rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) jika mendapat ganti rugi yang sesuai.
Pendapat itu diungkapkan oleh Hidayatullah (35 tahun), warga RT 12, RW 03, Kampung Pulo, Kampung Melayu, Jatinegara, Jaktim. Ia sudah tinggal di Kampung Pulo selama 35 tahun, sejak lahir.
Hidayatullah merasa betah tinggal di Kampung Pulo, apalagi kalau banjir, karena akan mendapat sembako gratis. Ia pun menolak keras pindah dari Kampung Pulo, kecuali jika dapat ganti rugi yang sesuai dari Pemerintah provinsi (Pemprov) Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta.
"Kalau banjir kan enak, dapat sembako gratis, he he he. Jadi saya nggak mau pindah. Kalau televisi saya kebanjiran, tinggal dijemur aja, nanti bagus lagi,"ujar Hidayatullah yang sehari-hari dipanggil Dayat ini sambil tertawa.
Dayat juga mengaku tidak punya meja, kursi dan sofadi rumahnya. Kalau ada tamu, tinggal pakai ambal aja. Jika kena banjir, ambal tinggal dijemur aja. Perabotan rumahnya pun banyak yang hanyut saat terkena banjir besar lima tahunan.
"Saya mengungsi bersama istri dan dua orang anak selama hampir dua minggu. Istri saya namanya Maria (33 tahun), anak saya Imel (12 tahun) dan Ratna. Sudah dua minggu ini saya tidak bekerja karena banjir, biasanya saya dagang aksesoris kecil-kecilan," tutur Hidayatullah saat diwawancarai di tenda pengungsian, Jalan Jatinegara Barat, Jaktim, pada Kamis siang (23/1).
Menurutnya, banjir di rumahnya sudah mencapai ketinggian di atas pinggang atau mendekati dada orang dewasa atau sekitar satu meter lebih. Banjir saat ini termasuk yang terbesar, banjir sebelumnya terjadi tahun 2002, 2007 dan 2013.