Sabtu 25 Jan 2014 15:35 WIB

PBB: Perundingan Suriah Berlanjut Tak Ada Delegasi Mundur

International peace envoy for Syria, Lakhdar Brahimi (file photo)
Foto: Reuters/Abdallah Dalsh
International peace envoy for Syria, Lakhdar Brahimi (file photo)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perundingan untuk menemukan solusi guna mengakhiri konflik di Suriah akan berlanjut akhir pekan ini dan tidak ada delegasi pemerintah maupun oposisi yang akan menarik diri, kata mediator Perserikatan Bangsa Bangsa Lakhdar Brahimi di Jenewa Jumat malam.

"Saya bertemu dengan para delegasi oposisi dan pemerintah secara terpisah kemarin dan hari ini, dan besok kita harapkan, kami telah sepakat, bahwa kita akan bertemu di ruangan yang sama," katanya pada konferensi pers.

"Kedua pihak akan berada di sini besok. Mereka akan bertemu. Kemudian kami akan memutuskan pertemuan berikut pada Minggu. Tak seorang pun akan meninggalkan tempat ini pada Sabtu dan tak seorang pun akan meninggalkan pada Minggu," tegasnya.

Konferensi internasional di Suriah dimulai pada Rabu di resor Swiss Montreux, menarik untuk pertama kalinya perwakilan dari pemerintah Suriah dan oposisi untuk duduk bersama di satu meja perundingan.

Menurut jadwal, mereka seharusnya memulai pembicaraan langsung pada Jumat. Namun, seorang juru bicara PBB Alessandra Vellucci mengumumkan di pagi hari, bahwa proses perundingan " tidak berjalan seperti yang diperkirakan pada awal".

Akibatnya, utusan khusus gabungan PBB dan Liga Arab bertemu delegasi pemerintah Suriah yang dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Walid al-Moallem pada pukul 11,00 waktu setempat (10.00 GMT), dan berbicara dengan oposisi pada pukul 16.00 sore (15.00 GMT) di tempat berbeda.

Dia mengatakan kepada pers, bahwa mereka tidak pernah menganggap pembicaraan mudah. "Kami tahu itu akan menjadi sulit dan rumit," katanya, tetapi memuji diskusi sejauh ini "cukup mendorong". "Dan kami sangat menantikan untuk bertemu mereka pada besok pagi dan besok petang," katanya.

Brahimi mencatat bahwa seluruh proses pembicaraan perdamaian didasarkan pada Komunike Jenewa. "Saya berpikir bahwa kedua belah pihak memahami dengan sangat baik dan diterima. Itu adalah dasar dari diskusi kita," katanya.

Dia menambahkan bahwa ada "beberapa perbedaan pada interpretasi dari beberapa persoalan yang ada di dokumen.

Dia menunjukkan bahwa kedua pihak dengan baik "memahami apa yang dipertaruhkan".

"Negara mereka adalah dalam kondisi yang sangat, sangat buruk. Situasi di Suriah buruk dan semakin parah," katanya.

"Saya pikir orang-orang yang mewakili oposisi dan pemerintah memahami apa yang saya lakukan atau lebih baik. Setelah itu, ini adalah negara mereka semua."

"Ambisi besar dari proses ini adalah untuk menyelamatkan Suriah," lanjutnya.

"Saya berharap bahwa ketiga pihak: pemerintah, oposisi dan PBB akan sampai pada tugas itu."

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement