Selasa 28 Jan 2014 18:21 WIB

Darurat Sampah di Gunung Slamet

Rep: Eko Widyanto/ Red: A.Syalaby Ichsan
  Kepulan asap dari kawasan hutan lereng Gunung Slamet yang terbakar, terlihat dari pos pendakian jalur Bambangan, Desa Kutabawa, Karangreja, Purbalingga, Ahad (26/8).
Foto: Idhad Zakaria/Antara
Kepulan asap dari kawasan hutan lereng Gunung Slamet yang terbakar, terlihat dari pos pendakian jalur Bambangan, Desa Kutabawa, Karangreja, Purbalingga, Ahad (26/8).

REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Banyaknya sampah di jalur pendakian Gunung Slamet, membuat berbagai kelompok pecinta alam yang tergabung dalam Forum Silaturrahmi Peduli Lingkungan Gunung Slamet, merasa prihatin.

Mereka menyebutkan, kondisi gunung terbesar di Jawa ini sudah dalam status darurat sampah.''Saking banyaknya sampah, kita menyatakan kondisi sepanjang jalur pendakian di Gunung Slamet sudah dalam status darurat sampah,'' kata Setiyanto, seorang anggota Forum Silaturrahmi Peduli Lingkungan Gunung Slamet, Selasa (28/1). 

Terkait kondisi tersebut, anggota forum yang terdiri dari para anggota kelompok pecinta alam dari Purbalingga, Purwokerto, Banyumas dan Cilacap, berkumpul di pondok pemuda pos pendakian Gunung Slamet Dukuh Bambangan, Desa Kutabawa, Kecamatan Karangreja, Selasa (28/1).

Dalam pertemuan yang dihadiri Kepala Bidang Pariwisata Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Prayitno, Kabid Konservasi dan Pengendalian Lingkungan  Badan Lingkungan Hidup (BLH) Purbalingga Karwan, dan Kasi Sarpras Wisata Rr Sri Mulyani, mereka membahas manajemen pengelolaan sampah di Gunung Slamet.

Setiyanto menyebutkan, untuk menjaga kelestarian lingkungan di sepanjang jalur pendakian, sejumlah kelompok pecinta alam secara periodik telah melakukan bersih-bersih gunung. Namun sampah yang berhasil dikumpulkan setiap kegiatan bersih gunung, ternyata justru makin bertambah.

''Pada setiap rombongan pendaki, petugas pos Bambangan sebenarnya selalu mengingatkan para pendaki agar tidak membuang sampah selama di perjalanan. Namun sepertinya, himbauan tersebut lebih banyak diabaikan,'' jelasnya.

Kabid Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Prayitno, bahkan menyebutkan di setiap shelter pos pendakian terdapat bekas aksi vandalisme yang dilakukan para pendaki. Aksi vandalisme ini, antara lain dengan mencorat-coret dinding pos yang terbuat dari seng dengan pilox atau spidol.

Selain itu, sampah yang dibuang tidak hanya berupa plastik bungkus mie instan, tisu, bekas botol air mineral, bungkus biskuit, kantong plastik. Bahkan para pendaki kadang membuang hajat sembarangan di sepanjang jalur pendakian, membuang air kencingnya didalam botol air mineral.

 

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

  • Sangat tertarik
  • Cukup tertarik
  • Kurang tertarik
  • Tidak tertarik
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement