REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Populasi macan tutul jawa (panthera pardus melas cuvier 1809) hanya sekitar 500 ekor saja dan diperkirakan akan terus menyusut. Kondisi itu memaksakan Kementrian Kehutanan (Kemenhut) bertindak cepat menangani populasi satwa yang mulai kritis ini.
Terlebih lagi, konflik macan tutul jawa dengan manusia cenderung meningkat dalam 10 tahun terakhir. Sehingga dikhawatirkan menyebabkan semakin sulitnya melestarikan satwa yang dilindungi itu.
Untuk itu, menurut Menhut, Zulkifli Hasan, upaya penyelamatan macan tutul Jawa menuntut keterlibatan semua pihak. Tidak saja pemerintah baik dari bidang kehutanan maupun kementerian lainnya semata, tetapi juga pemerintah daerah, sektor swasta, NGOs, dan masyarakat secara keseluruhan. Oleh karena itu, pihaknya menyambut baik dan menyampaikan apresiasi yang tinggi atas terselenggaranya kegiatan Konferensi Macan Tutul Jawa dan penandatanganan Deklarasi Bandar Lampung yang berlangsung Kamis dan Jumat (29-30/1) di Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor.
Menhut mengatakan, momentum kegiatan Konferensi ini hendaknya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Selain berbagi pengalaman dan bertukar pikiran, juga bahu membahu merumuskan langkah konkret yang bisa dilakukan guna efektifitas upaya penyelamatan macan tutul jawa ke depan. "Kita telah kehilangan salah satu satwa kharismatik Jawa yaitu harimau jawa (panthera tigris sondaica) dan kita tidak ingin hal yang sama terjadi pada macan tutul Jawa," ujarnya, Rabu (29/1).