REPUBLIKA.CO.ID, Pemimpin harus mempunyai sifat amanah. Mengapa? Bila pemimpin hanya memiliki sifat, misalnya tegas atau santun, maka belum dapat dijadikan ukuran bahwa pemimpin tersebut ideal. Keidealan pemimpin harus ditopang sepenuhnya dengan sifat amanah.
Sebab, keamanahan pemimpin sesungguhnya menjadi sifat dasar bagi kebaikan dan kemuliaan pemimpin. Pemimpin yang amanah akan menghadirkan langkah dan kebijakan yang selalu berpihak pada nurani, nilai-nilai spiritualitas sehingga tindakannya akan selalu selaras dengan kebaikan masyarakat secara luas (mashalih al-‘ammah).
Ukuran pemimpin yang amanah secara standar merujuk pada bentuk pemberian kepercayaan masyarakat kepadanya dan kemudian disikapi dengan niat bulat untuk selalu berpijak menjauhi larangan dan menjalankan perintah yang tidak hanya dipahami sebagai urusan dunia, tetapi juga akan terpancar pada kehidupan akhirat kelak.
Menurut Fakhruddin al-Razi dalam kitab Tafsir al-Razi, pemimpin yang amanah adalah sosok yang selalu berupaya menunaikan kepercayaan yang diberikannya dengan sebaik-baiknya. Bisa diungkapkan, amanah seorang pemimpin serempak berada pada pusaran vertikal dan horizontal.
Vertikal adalah hubungan pertanggungjawabannya kepada Sang Pencipta (hablum min Allah), sedangkan horizontal adalah hubungannya yang baik kepada sesama umat manusia (hablum min al-nas). Beberapa akhlak pemimpin yang amanah—bila merujuk pada kriteria yang diberikan oleh ulama tafsir al-Tsa’labi dalam kitabnya al-Jawahir al-Hisan—konkretnya adalah seperti senantiasa bersikap adil, melawan kezaliman, adil dalam pemberian materi, membela hak-hak orang-orang yang lemah atau tertindas, menepati janji, dan menjaga kesaksian.
Silakan saja kita menderet sebanyak-banyaknya contoh akhlak pemimpin yang amanah. Namun, pada akhirnya kita cukup berkesimpulan bahwa pemimpin amanah haruslah menjadi ukuran dan ikhtiar bersama demi membangun peradaban Indonesia.