REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- Warga Kabupaten Blitar, Jawa Timur (Jatim) merasa takut dengan ancaman lahar dingin pascaerupsi Gunung Kelud, Jatim, Kamis (13/2) malam.
Warga Desa Sumberasri, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar bernama Sri Wiati (45 tahun) mengatakan, ia merasa takut jika ancaman lahar dingin benar-benar terjadi. “Saya takut lahar dingin terjadi dan dapat merusak rumah saya. Apalagi rumah saya dekat dengan Sungai Breni,” ujarnya saat ditemui Republika di Desa Sumberasri, Selasa (18/2).
Meski demikian, ia tetap bertahan di rumahnya. Namun Sri sudah menyiapkan barang-barang penting, sehingga ia bisa langsung mengungsi jika kejadian darurat terjadi sewaktu-waktu.
Senada dengan Sri, warga Desa Pajo, Kecamatan Nglegok, Kabupaten Blitar bernama Lia Septiningtyas (23) merasakan perasaan yang sama. Rumahnya dekat dengan Sungai Bladak yang dialiri lahar dingin. “Rumah saya hanya berjarak tiga kilometer dari Sungai Bladak,” ujarnya.
Dia melanjutkan, atap rumahnya berlubang karena diterjang abu vulkanik. Berbeda dengan Sri dan Lia, Warga Sumberasri bernama Sumali (54)mengatakan, ia tak merasa khawatir dengan lahar dingin karena peristiwa yang sama pernah terjadi tahun 1966 lalu. “Saat itu lahar dingin baru terjadi lima hari setelah Gunung Kelud meletus,” katanya.
Karena merasa terbiasa, ia memilih tidak mengungsi sejak Gunung Kelud erupsi pertamakali hingga saat ini. Menurutnya, hal itu biasa terjadi. “Saya sudah diberitahu tetapi saya tidak takut,” ujarnya.