Jumat 21 Feb 2014 06:48 WIB

Balasan untuk Sang Penentang (1)

Ilustrasi
Foto: Indonesiaoptimis.com
Ilustrasi

Oleh: Rosita Budi Suryaningsih

Ia akhirnya mati karena menginjak anak panah hingga kakinya bengkak.

Tatkala cahaya Islam mulai bersinar dari kalbu Rasulullah SAW, dari ucapan-ucapan yang disampaikannya, baik secara diam-diam maupun terang-terangan, salah seorang penduduk Makkah, Utsman bin Mazh’un tersentuh.

Ia salah seorang dari beberapa gelintir manusia yang segera menerima panggilan Ilahi dan menggabungkan diri ke dalam kelompok pengikut Rasulullah.

Tercatat, ia adalah orang ke-14 yang masuk Islam. Tak mudah memang berjuang di agama Allah pada zaman itu. Berbagai ancaman, siksa, dan penderitaan harus dihadapinya. Namun, ia tergolong orang yang berhati tabah dan sabar nan teguh keyakinannya pada Islam.

Suatu hari, ia bertemu dengan orang-orang Quraisy, salah satunya adalah Labid bin Rabiah. Labid berkata kepadanya, “Setiap kenikmatan pasti akan sirna keberadaannya.”

Utsman pun menjawab, “Kau salah Labib, kenikmatan surga tidak akan pernah berakhir.”

Mendengar hal ini, Labib pun naik pitam. Ia kemudian mengatakan, hanya orang bodoh yang mau mendengarkan kata-kata Muhammad dan mau mengikutinya. Utsman pun membantahnya.

Saat itu, muncullah al-Walid Ibnul Mughirah di tempat tersebut. Melihat apa yang menimpa Utsman, ia pun kemudian sok berbaik hati membantunya. “Wahai putra saudaraku, sesungguhnya matamu amat berharga untuk dianiaya seperti itu. Engkau tadinya berada dalam perlindungan yang aman,” ujarnya.

AI-Walid adalah seorang dermawan namun menyimpan sifat sombong. Ia mencegah seseorang menyalakan api di Mina untuk masak melainkan dengan apinya. Ia banyak membantu orang-orang miskin, namun selalu ingin namanya disebut-disebut.

Dengan kekayaan dan kebaikan hatinya yang penuh riya tersebut, ia bercita-cita ingin menjadi pemimpin seluruh Arab, setelah kaum Quraisy memahkotainya. Ia selalu tampil manis di depan publik agar dipuji-puji, namun ia menyimpan segala kelicikan di baliknya.

Al-Walid selalu mencari jalan untuk menganggu Rasulullah SAW, berikut sahabat-sahabatnya. Ia membantah wahyu yang dibawa Rasulullah, mendustakan, serta selalu menganggu dakwahnya.

Saat bertemu Utsman bin Mazh’un tersebut, ia berusaha agar pengikut Rasulullah ini kembali ke pangkuannya. “Kemarilah wahai putra saudaraku, kembalilah ke jaminanmu jika engkau mau,” ujarnya.

Ia pun memberikan berbagai janji manis kepadanya, yang katanya Utsman akan diberikan harta dan kedudukan jika ia mau kembali ke pangkuan kaum Quraisy.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...

Apa yang paling menarik bagi Anda tentang Singapura?

1 of 7
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement